Terakhir diperbarui pada April 25, 2023
Sebagian besar gim digital saat ini, khususnya pada ponsel (mobile game), menerapkan sistem gacha, loot box, dan sejenisnya. Sistem gacha dinilai sebagai salah satu sistem yang mengerikan, karena bisa membuat pemainnya seperti kecanduan judi (gambling).
Beberapa negara telah menginisiasi gerakan untuk meregulasi, membatasi, bahkan melarang penerapan sistem ini. Hal tersebut dilakukan karena mekanisme atau sistem ini berpotensi mengeksploitasi pemainnya secara finansial.
1. Apa itu gacha?
Secara umum gacha adalah suatu jenis sistem atau mekanisme monetisasi dalam gim (game) yang berbasis kesempatan dan keberuntungan. Sistem ini mengusung konsep mesin penjual mainan otomatis (toy vending machine) yang ada di Jepang.
Secara sederhana, sistem ini memungkinkan pemain untuk mendapatkan item atau konten virtual, baik karakter, senjata, upgrade, maupun jenis konten lainnya, dengan menggunakan uang virtual (in-game currency). Namun, pemain akan mendapatkan item secara acak, dan semakin langka sebuah item, semakin kecil peluang mendapatkannya.
Banyak orang mengkritik sistem ini karena sangat bergantung pada keberuntungan, bahkan mendorong pemain membelanjakan uangnya untuk mengumpulkan item-item langka (rare items). Namun, tidak ada jaminan bahwa pemain akan mendapatkan item yang mereka inginkan, meski mungkin telah menghabiskan banyak uang.
Sistem gacha dalam gim ponsel
Penerapan sistem gacha adalah salah satu cara yang mudah dan populer bagi para pengembang untuk memonetisasi gim (game) mereka. Sebagian besar gim, khususnya gim untuk ponsel (mobile game), baik Android maupun iOS berjenis free-to-play (gratis), kerap memiliki sistem ini.
Para pemain bisa saja menghabiskan waktunya untuk memperoleh item langka melalui quest, wishes, dan misi-misi acak lainnya. Namun, umumnya kesempatan tersebut baru akan terbuka ketika pemain telah menyelesaikan suatu misi. Namun, menunggu ataupun menyelesaikan misi umumnya terlalu lama, dengan kemungkinan kecil mendapatkan item langka tersebut. Alhasil, para pemain pun terdorong untuk menggunakan uang virtual (in-game currency), untuk menyelesaikan misi tersebut.
Selain itu, pengembang gim (game developers) akan menawarkan cara lain untuk memperoleh item langka tanpa harus menyelesaikan quest, wishes, dan misi-misi acak lainnya, yaitu dengan sistem gacha. Awalnya, sistem ini dapat dimainkan dengan uang virtual pada gim. Namun, sudah bisa dipastikan bahwa sistem ini akan menghabiskan uang virtual para pemainnya dengan cepat. Selanjutnya, banyak pemain yang akan tergiur untuk melakukan mikrotransaksi dengan uang sungguhan untuk membeli uang virtual atau kesempatan memainkannya.
Karakteristik gacha
Seperti penjelasan sebelumnya, permainan dengan mekanisme atau sistem gacha umumnya bisa dimainkan secara gratis (free-to-play). Tentu saja, pemain bisa terus bermain gim (game) tersebut tanpa mengeluarkan uang sama sekali. Namun, ada beberapa karakteristik gacha dalam gim (game) yang membuatnya tetap dimainkan oleh para pemain (gamer).
- Konsep kelangkaan item.
Para pemain menyukai item langka, umumnya karena item tersebut memiliki status yang lebih kuat, lebih mahal, dan tidak semua pemain memilikinya. Namun, dengan menggunakan sistem acak pada gacha, membuat pemain tidak dapat menebak item apa yang akan mereka dapatkan. Pada akhirnya, hal ini mendorong para pemain untuk terus bermain gacha, dengan harapan mendapatkan item langka yang mereka inginkan pada kesempatan berikutnya. Bahkan, hal ini mungkin dapat mendorong pemainnya untuk menggunakan uang sungguhan, salah satunya melalui mikrotransaksi atau in-game purchase. - Konsep eksklusivitas.
Secara periodik, pengembang gim akan membuat iming-iming even hingga waktu tertentu. Hal ini membuat sebagian pemain mengalami rasa takut ketinggalan penawaran eksklusif pada sebuah even (fear of missing out (FOMO)). Alhasil, mereka akan bermain gacha terus dengan harapan mendapatkan item-item eksklusif dan unik dalam even tersebut. - Konsep sosial.
Sebagian pemain akan cenderung menginginkan sebuah item langka atau ekslusif apabila teman mereka telah mendapatkannya. Selanjutnya, mereka mungkin akan tergiur untuk melakukan mikrotransaksi agar dapat terus bermain gacha, dan berharap mendapatkan item langka tersebut.
Meskipun mikrotransaksi cukup tidak disukai oleh para pemain (gamer), mereka tetap melakukannya apabila mereka telah ketagihan bermain gacha. Bahkan, meski sistem ini tidak memberikan jaminan apapun kepada pemainnya.
National Health Service (NHS) England atau organisasi layanan kesehatan Inggris Raya, menyatakan bahwa gacha, loot box dan sistem sejenis bisa memicu kecanduan pada anak, karena memperkenalkan perjudian terlalu dini.
2. Apakah gacha termasuk perjudian?
Popularitas berbagai gim dengan sistem gacha ataupun loot box, dan bagaimana pemainnya membelanjakan uang untuk hal-hal yang belum pasti, membuat pertanyaan ini sering muncul di daftar pencarian mesin pencari. Namun, hal ini menjadi perdebatan apakah sistem gacha adalah sistem yang termasuk perjudian atau tidak.
Beberapa pihak di parlemen UK menyebutkan bahwa sistem ini tidak termasuk perjudian karena tidak ada yang menjadi bahan taruhan. Alasan lainnya adalah karena pemain memperoleh reward yang tidak memiliki nilai finansial di dunia nyata. Bahkan memainkan permainan dengan sistem ini tidak memaksa pemainnya untuk mengorbankan uang mereka. Masuk akal, dengan alasan ini, memang sistem gacha tampak seperti random reward dan tidak terlihat seperti perjudian.
Di sisi lain, sebagian penelitian juga menyebut bahwa gacha adalah salah satu sistem yang memperkenalkan perjudian. Pasalnya, tidak sedikit pemain yang menggunakan uang sungguhan, dengan harapan akan mendapatkan item yang mereka kehendaki, pada kesempatan selanjutnya. Terlebih lagi, jumlah uang yang mereka gunakan, tidak berbanding lurus dengan nilai item yang mereka dapatkan. Artinya, para pemain tidak memiliki kendali atas item yang mereka peroleh. Apabila pemain benar-benar beruntung, barulah bisa mendapatkan item langka (rare items) yang ia harapkan – tapi tidak ada yang menjamin. Bahkan sudah banyak negara yang memiliki regulasi yang melarang sistem gacha karena membuat pemain mengalami masalah keuangan dan membuat kecanduan.
Pada akhirnya, pendapat bahwa sistem gacha termasuk perjudian, menjadi lebih kuat dan banyak disetujui. Siapa pun yang berniat untuk memainkan gim dengan sistem ini, harus dapat mempertimbangkan konsekuensinya.
3. Resiko bermain gacha
Saat ini banyak gim ponsel (mobile game) bertema anime yang menerapkan sistem gacha, yang menyenangkan untuk dimainkan dengan cerita (storyline) yang seru untuk dinikmati. Namun, ada banyak resiko atau efek negatif yang sebaiknya tidak kamu abaikan.
Kecanduan dan overspending
Efek negatif gacha yang paling utama adalah kecanduan. Apabila para pemain telah kecanduan, mereka akan mulai menghabiskan uangnya untuk membeli kesempatan bermain gacha ataupun loot box. Selanjutnya, mereka berharap akan mendapatkan item yang mereka inginkan. Dalam konteks ini, para pemain yang membelanjakan uang sungguhan untuk membeli item dalam gim, atau membeli uang virtual untuk bermain gacha, biasa disebut whales (atau paus).
Sedangkan, pengembang memang mendesain gim agar pemain terus membelanjakan uangnya. Memang tidak semua pemain termasuk kategori whales. Namun pemain yang tidak bisa mengontrol pengeluaran mereka dalam bermain gim, tentunya rentan terhadap masalah finansial di masa depan.
Parahnya, semakin muda usia pemain, semakin tinggi kemungkinan pemain tersebut kecanduan bermain gacha. Padahal, tidak ada kontrol usia untuk memainkan gim yang menerapkan sistem ini. Alhasil, kemungkinan mereka mulai membelanjakan uang sungguhan, lebih tinggi.
Tidak ada jaminan
Beberapa gim memang memiliki pity system, sehingga pemain yang gagal mendapatkan item promosi di kesempatan pertama, akan dijamin akan mendapatkannya setelah beberapa kali bermain gacha. Namun tidak semua gim memiliki jaminan semacam ini. Maka dari itu, tidak jarang pemain menggunakan uang sungguhan untuk membeli uang virtual, untuk mengulang kesempatan di hari yang sama.
Namun, Tidak Ada yang dapat menjamin bahwa gim (game) yang menerapkan gacha akan:
- memberikan item yang pemain harapkan.
Tidak ada jaminan bahwa pemain akan menerima item atau hasil yang mereka inginkan. Sebab, peluang untuk mendapatkan item-item tersebut sangat kecil. Pada akhirnya hasil hanya ditentukan oleh keberuntungan. - tetap eksis selamanya.
Artinya, apabila pengembang menutup sebuah gim, para pemain akan kehilangan semua perkembangan karakter dan uang yang telah mereka habiskan dalam gim tersebut. Hingga saat ini, sudah banyak gim ternama yang menerapkan gacha, telah tutup dengan berbagai alasan.
Drop rate tidak berpihak pada pemain
Sebuah item dalam sistem gacha, memiliki tingkat peluang kemunculan (chance atau drop rate) tertentu. Semakin langka atau unik sebuah item, semakin kecil drop-rate-nya bahkan hingga di bawah 0,1%. Artinya, dalam 1000 kali bermain, “harapannya” item langka atau unik tersebut muncul 1 kali.
Para pengembang gim telah menentukan hal ini, agar memberikan pendapatan yang stabil kepada perusahaan mereka. Dengan kata lain, mereka tidak peduli dengan seberapa banyak kerugian yang diderita para pemain. Tidak heran apabila ada pemain sudah menghabiskan banyak uang untuk mengembangkan karakter tertentu, namun tetap kesulitan hanya karena belum mendapat item tertentu melalui sistem gacha.
4. Isu hukum mengenai sistem gacha
Di tempat perjudian di berbagai negara, mereka menerapkan aturan ketat. Misalnya, batas umur minimum 18 tahun untuk dapat masuk dan bermain di tempat tersebut. Lain halnya dengan gim (game) yang menerapkan sistem gacha, tidak ada batas umur minimum untuk memainkannya.
Genshin Impact misalnya, adalah salah satu gim yang menerapkan sistem gacha dengan rating umum 13+. Artinya remaja berumur minimal 13 tahun baru boleh memainkan gim tersebut. Namun, siapa sangka bahwa anak di bawah 13 tahun masih dapat mengunduh dan memainkannya dengan mudah. Sebab, tidak ada sistem yang mengontrol batas usia minimum pemain.
Beberapa negara telah membatasi, bahkan melarang penerapan sistem gacha pada sebuah gim.
- Jepang, Korea Selatan, dan Cina, misalnya, telah membatasi aktivitas gim dengan sistem gacha.
Pengembang gim (game developer) harus menampilkan tingkat peluang (chance atau drop rate) mendapatkan setiap item. Selanjutnya, mereka juga harus membatasi jumlah uang yang dapat digunakan untuk bermain gacha ataupun loot box. Selain itu, gim tersebut harus mendapatkan sertifikasi resmi, atau mereka akan menghadapi konsekuensi hukum. - Mulai 2021, Australia juga menyatakan bahwa gacha merupakan salah satu jenis perjudian.
Maka dari itu, pihak otoritas pun mengeluarkan peraturan bahwa gim ber-genre gacha hanya untuk pengguna dewasa. - Selain Belanda, Belgia juga menjadi salah satu negara yang melarang permainan dengan Loot Box dan sistem gacha – Diablo Immortal, salah satunya.
- Kemudian Norwegian Consumer Council (NCC) – sebuah agensi di Norwegia – berusaha memerangi gacha di negaranya.
Saat ini agensi tersebut sedang mengumpulkan bantuan dari negara-negara lain di Eropa untuk melawan Loot Box.
Bagaimana dengan Indonesia?
Hingga saat ini belum ada peraturan di Indonesia yang khusus mengatur gim (game) dengan sistem gacha, loot Box, ataupun yang menerapkan angka acak (random number generator (RNG)). Oleh karena itu, meskipun bisa dimainkan, sistem ini bukanlah sesuatu yang 100% legal. Namun apabila menjadikan “perjudian” sebagai tolak ukurnya, maka gacha bisa menjadi ilegal, mengingat Indonesia melarang keras praktek perjudian dalam bentuk apapun.
Indonesia sendiri memiliki IGRS (Indonesia Game Rating System), kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) yang mengatur permainan yang ada di negara Indonesia. Namun sayangnya tidak ada pasal spesifik yang mengatur gacha dan kawan-kawannya. Bahkan, istilah ini juga belum disebutkan dalam Undang-Undang Perjudian.
5. Hindari gacha
Lebih dari apapun, gacha dalam sebuah gim (game) adalah sistem yang meresahkan dan menakutkan. Apalagi jika pemainnya sudah kecanduan dan sering top up untuk membeli uang virtual demi hasil yang tidak pasti.
Meskipun bukan hal yang 100% legal, belum ada regulasi yang khusus membahas tentang sistem gacha di Indonesia. Penting sekali untuk mempertimbangkan apakah sistem ini cocok untukmu.
Apabila kamu termasuk pemain tipe whales, sebaiknya kamu jauh-jauh dari gim dengan sistem ini agar terhindar dari kecanduan dan bahaya finansial. Masih banyak gim ponsel (mobile game) keren yang tidak menerapkan sistem gacha, misalnya Stardew Valley, Terraria dan Motorsport Manager Racing.
Menghindarkan gacha dari anak-anak
Karakteristik gacha membuat gim (game) yang menerapkan sistem tersebut tidak aman untuk anak-anak. Oleh karena itu, para orang tua bisa menerapkan beberapa hal berikut.
- Memantau penggunaan internet dan gim gacha.
Cara terbaik untuk menghindari kecanduan adalah dengan memantau anak saat mereka menggunakan internet dan gim.
Orang tua harus memiliki pemahaman yang jelas ciri-ciri gim dengan sistem gacha. Selanjutnya, mereka bisa melarang atau membatasi anak-anak dalam memainkan gim tersebut, dan memberikan pemahaman tentang segala resikonya. - Menetapkan Aturan Screen Time.
Menerapkan batasan screen time adalah langkah yang tepat untuk menyeimbangkan aktivitas daring dan luring anak.
Saat ini ada beberapa aplikasi pihak ketiga yang bisa membantu menentukan batasan waktu dalam bermain gim, terutama untuk anak-anak. Menerapkan hal ini tentu akan membantu anak konsisten dalam menerapkan screen time, kapanpun dan dimanapun. - Menonaktifkan opsi In-Game Purchase.
Cara berikutnya yaitu dengan mematikan opsi in-app purchase dan meniadakan pembayaran mikrotransaksi. Selain mematikan fitur tersebut, jangan menyimpan dana virtual ataupun informasi kartu kredit/debit pada device yang rentan diakses anak. - Bermain gim dengan anak.
Selain mengetahui apa yang anak mainkan, juga membantu orang tua untuk memahami interest anak dengan lebih baik – win-win solution, bukan?