Terakhir diperbarui pada Juli 21, 2022
Seperti yang sudah saya ceritakan pada artikel sebelumnya tentang “Hamil dan Melahirkan di Luar Negeri Sambil Kuliah“, saya berjanji akan bercerita tentang pengalaman periksa kehamilan di rumah sakit luar negeri. Nah, pada artikel berikut saya akan bercerita mengenai proses periksa kehamilan di Taiwan. Pembahasan kali ini cukup detail dimulai dari bagaimana proses awal pemeriksaan kehamilan sampai waktu melahirkan tiba.
Istilah Dalam Pemeriksaan Ultrasound (USG)
Pada artikel ini saya akan membahas cerita tentang pemeriksaan kehamilan lengkap dengan gambar USG-nya. Oleh karena itu akan saya jelaskan dulu istilah-istilah yang biasa digunakan dalam USG. Istilah-istilah ini adalah standar pemeriksaan USG yang biasa digunakan oleh dokter kandungan dimanapun.
Berikut cara membaca hasil USG berdasarkan singkatan tersebut:
- GA atau gestational age yang menunjukkan perkiraan usia kehamilan. Usia ini berdasarkan pemeriksaan dokter terhadap panjang tungkai lengan dan kaki maupun diameter kepala janin.
- GS atau gestational sac yaitu ukuran kantung kehamilan, biasanya berupa bulatan hitam.
- BPD atau biparietal diameter yaitu diameter kepala bayi.
- HC atau head circumference yaitu keliling kepala bayi.
- CRL atau crown-rump length yaitu panjang janin yang diukur dari ujung kepala hingga bokong bayi. Pengukuran ini biasanya dilakukan pada trimester awal.
- AC atau abdominal circumference yaitu lingkar perut bayi.
- FL atau femur length yaitu panjang tulang kaki bayi.
- EDD atau estimated due date yaitu perkiraan tanggal Anda akan melahirkan secara spontan. Biasanya didapat berdasarkan hitungan usia kehamilan maksimal 280 hari (40 minggu) setelah hari pertama menstruasi terakhir.
Minggu Ke-4 Kehamilan
Sama dengan kebanyakan orang saya mempunyai feeling hamil saat sudah telat menstruasi. Setelah seminggu tidak kunjung haid, saya dan suami beli test pack di Watsons Taiwan. Keesokan harinya saya coba test pack dan hasilnya positif.
Pemilihan Rumah Sakit
Hari itu juga, saya mengajak suami untuk periksa ke rumah sakit. Kebetulan di dekat National Central University ada sebuah rumah sakit khusus ibu dan anak bernama Soong Junhong Maternity Hospital. Saya memilih rumah sakit tersebut karena ada teman-teman dari Indonesia yang sudah pernah periksa kehamilan dan melahirkan disana.
Review rumah sakit tersbeut pun cukup baik. Dokternya bisa berbahasa Inggris, bahkan perawat dan petugas front office nya juga ada yang bisa berbahasa Inggris. Ini adalah salah satu point penting yang perlu diperhatikan karena kami belum mahir bahasa Mandarin.
Saat pertama kali datang ke rumah sakit saya sudah mempunyai nama calon dokter yang ingin saya kunjungi. Dokter tersebut bisa berbahasa Inggris pastinya dan review nya cukup baik. Beliau mendukung proses persalinan normal dan orangnya juga ramah.
Sayangnya semua dokter kandungan di rumah sakit ini adalah pria, termasuk dokter yang saya pilih. Masih cukup tabu memang jika harus periksa dengan dokter kandungan pria apalagi sebagai umat Muslim. Saya pun sempat ragu. Namun setelah berkonsultasi dan membaca beberapa referensi, dalam Islam tidak memberatkan masalah tersebut jika dalam keadaan darurat.
Saat itu saya berada di luar negeri dan rumah sakit yang paling dekat dengan tempat tinggal adalah rumah sakit tersebut. Kemungkinan ada dokter kandungan wanita di rumah sakit lain, namun saya tidak tahu dimana. Selain itu jarak menuju rumah sakit tersebut lebih jauh. Saya juga tidak punya referensi mengenai dokter di rumah sakit lain.
Dengan pertimbangan tersebut akhirnya saya dan suami pun tidak masalah jika periksa dengan dokter pria. Dan memang benar, dokter baik pria maupun wanita punya tugas dan profesionalitas kerja. Jadi kita tidak perlu risih atau takut, karena mereka punya kode etik kerja secara profesional.
Kembali pada cerita kehamilan di bulan pertama. Saat saya sampai di rumah sakit saya diminta tes urine dengan test pack dan hasilnya positif. Setelah itu saya diminta untuk periksa Ultrasound (USG) untuk melihat apakah janin sudah terlihat. Saat USG ternyata janin belum terlihat, dokter bilang kemungkinan karena usia janin masih terlalu muda. Saya pun diminta kembali lagi setelah dua minggu untuk melihat apakah janinnya berkembang atau tidak.
Minggu Ke-6 Kehamilan
Waktu menunggu dari minggu ke empat sampai minggu keenam hanya dua minggu, namun terasa lama, hehe. Mungkin karena ingin segera memastikan apakah janin berkembang dengan baik atau tidak. Nah, dimasa 2 minggu penantian USG ini belum ada tanda-tanda kehamilan lain seperti mual dan muntah. Sehingga saya sempat berfikir, “Ternyata enak sih ya hamil, aku nggak ngerasa mual dan muntah tuh”. Ya, kita tunggu saja sampai minggu kedelapan, hehehe.
Waktu yang ditunggu-tunggu untuk periksa pun datang dan dokter langsung melakukan cek USG lagi hari itu. Alhamdulillah, kantung kehamilan sudah terlihat dan lebih menakjubkan lagi adalah detak jantung sudah bisa didengar. Bahagia dan bersyukur serta takjub rasanya mengetahui bahwa ada janin berukuran 0,58 centimeter di dalam rahim.
Panjang janin yang sudah berusia 6 weeks 2 days masih sekitar 0.58 cm, sangat mungil. Sedangkan panjang dari gestational sac yaitu ukuran kantung kehamilan saat minggu ini adalah 1,98 cm.
Saat itu sebenarnya dokter tidak melakukan cek detak jantung (heart beat) namun saya yang meminta untuk dilakukan cek detak jantung. Dokter pun mengiyakan namun beliau tidak janji bisa mencari detak jantung pada janin yang masih kecil. Setelah mencari posisi jantung beberapa kali, akhirnya dokter berhasil menemukan lokasinya dan berhasil menampilkan rekaman detak jantung pada janin.
“Ini seperti keajaiban, jarang sekali janin dalam usia 6 minggu sudah bisa di dengar detak jantungnya,” kata dokter tersebut. Meskipun masih lirih, rasanya sangat senang bisa mendengar detak jantung janin untuk pertama kali.
Minggu Ke-8 Kehamilan
Setelah dokter mengetahui dengan pasti bahwa saya hamil, beliau selalu membuatkan jadwal pemeriksaan berikutnya. Pada minggu-minggu awal kehamilan pemeriksaan masih dilakukan setiap dua minggu sekali. Sehingga jadwal pemeriksaan berikutnya adalah pada minggu kedelapan.
Pada minggu kedelapan, dilakukan pemeriksaan standar pada Ibu dan janin. Pemeriksaan pada Ibu meliputi tekanan darah dan berat badan. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk memastikan bahwa tekanan darah Ibu normal. Hal ini dulakukan karena tekanan darah rendah atau tinggi akan beresiko pada kehamilan.
Lalu pengecekan berat badan penting dilakukan untuk mengetahui jumlah kenaikan berat badan Ibu, jangan sampai kurang atau berlebih. Sedangkan pemeriksaan pada janin dilakukan dengan USG untuk melihat CLR dan heartbeat. Di minggu ini panjang janin atau CLR sudah 1,76 cm. Bentuk janin sudah menyerupai cikal bakal manusia lengkap dengan calon tangan dan kaki.
Detak jantung janin pada usia 8 weeks 2 days juga sudah terdengar dengan jelas jika dibandingkan dua minggu lalu. Detak jantung janin di usia ini sudah mencapai 161 beats per minute (bpm). Pada minggu ini pihak rumah sakit juga akan memberikan buku untuk mencatat perkembangan ibu dan janin selama kehamilan. Buku tersebut dipanggil dengan sebutan ‘Mama Book’.
Minggu Ke-10 Kehamilan
Sebenarnya saya tidak mempunyai jadwal periksa kehamilan di minggu ke-10 ini. Namun, hal yang membawa saya pergi ke rumah sakit untuk periksa adalah gejala mual muntah yang sudah semakin parah. Iya, saya baru merasakan yang namanya mual mulai minggu ke delapan. Namun saat minggu ke-8, rasa mual tersebut masih bisa saya atasi, tidak terlalu parah, dan saya masih bisa makan.
Masa Mual Muntah Dimulai
Memasuki minggu ke-9 rasa mual menjadi semakin parah dan saya mengalami muntah untuk pertama kalinya. Seperti yang saya ceritakan pada artikel sebelumnya, saya adalah orang yang tidak suka sakit dengan gejala muntah. Jadi gejala mual muntah yang dimulai pada minggu ke-9 ini cukup berat bagi saya.
Karena rasa mual dan muntah tersebut, frekuensi makan dan minum saya menjadi berkurang. Karenanya, saat memasuki minggu ke-10 saya mengalami muntah hebat selama 1 hari penuh. Frekuensi muntah bahkan sampai 10 kali lebih. Dari pagi sampai tengah malam.
Saya yang tinggal sendirian bersama suami di luar negeri tidak punya banyak alternatif untuk mengatasi hal tersebut. Saya mencoba bertanya pada teman-teman yang sudah pernah hamil dengan gejala yang sama dan mempraktikkan nasehatnya.
Ada yang menyarankan untuk makan pisang, buah-buahan yang segar seperti jeruk. Ada yang bilang makan permen jahe atau minum air madu. Bahkan ada juga yang menyarankan makan mie instan jika itu bisa membantu perut terisi. Dan memang benar, meski muntah tubuh harus tetap diisi dengan makanan atau minuman apapun yang diinginkan sang ibu. Dengan syarat makanan dan minuman tersebut bukan makanan pantangan bagi wanita hamil.
Namun, meski sudah mencoba berbagai cara, rasa mual tetap saja muncul dan selalu berakhir dengan muntah. Akhirnya saya pun menyerah dan pergi ke rumah sakit pada keesokan paginya. Sebelum berangkat ke rumah sakit, saya muntah dulu dong, hehe. Ini saya lakukan agar saat perjalanan dan saat pemeriksaan, saya bisa lega dan tidak muntah.
Sesampainya di rumah sakit seperti biasa saya curhat ke dokter kalau saya muntah 10 kali lebih kemarin. Dokter lalu melakukan USG untuk melihat apakah janin baik-baik saja, dan alhamdulillah janinnya baik-baik saja. “Gejala mual muntah memang wajar dialami oleh ibu hamil diusia kandungan yang masih muda,” kata dokternya. “Namun, jika frekuensi muntah dalam satu hari sudah sangat sering, maka itu disebut hyperemesis,” lanjutnya lagi.
Dokter pun menyarankan kepada saya untuk infus cairan jika kondisi saya terlalu lemah. Namun saya menolak dong, tau kan kalau saya takut jarum suntik, termasuk takut diinfus juga. Jadi saya lebih memilih makan dan minum secara normal dibantu dengan obat anti mual. Namun dokter berpesan jika ini tidak berhasil dan tubuh saya lemas, saya harus mau diinfus.
Sesampainya di rumah, langsung muntah lagi nih karena habis naik mobil dan jarak antara muntah sebelumnya cukup lama. Setelah muntah saya langsung minum obat anti mual dari dokter dengan dosis 4 kali sehari. Dan memang benar frekuensi muntah saya berkurang drastis. Rasa mual mungkin masih ada, namun tidak sampai muntah dan saya bisa makan.
Beberapa hari sudah terlewati dengan aman tanpa muntah dengan bantuan obat. Namun saya merasa aneh saat mengkonsumsi obat anti mual dengan dosis 4 kali sehari. Gejala aneh yang saya rasakan adalah lidah saya jadi kebas. Saya jadi agak kesulitan mengontrol gerak lidah saat bicara, sehingga saya bicara dengan sedikit cadel.
Ternyata setelah saya browsing, jenis obat yang saya konsumsi memang punya efek samping salah satunya kebas di lidah. Dan efek samping itu terjadi pada saya. Akhirnya saya mencoba mengurangi dosisnya menjadi 3 kali lalu 2 kali sehari dan kebasnya hilang. Namun, karena itu saya masih muntah kadang-kadang, hehe.
Minggu Ke-12 Kehamilan (Tes Down Syndrome)
Pada minggu ke-12 kehamilan saya masih mengalami rasa mual, jadi saya masih tetap mengonsumsi obat, namun frekuensinya saya kurangi. Jika tidak saya tidak akan kuat berangkat kuliah, hehe. Pada minggu ini ada jadwal pemeriksaan untuk melakukan tes Down Syndrome atau Non Invasive Prenatal Testing (NIPT).
NIPT adalah suatu metode untuk menentukan risiko apakah seorang janin akan lahir dengan kelainan genetik. Kelainan tersebut seperti trisomy 21 atau Down Syndrome, trisomy 18 atau Edwards Syndrome, dan trisomy 13 atau Patau Syndrome. Pemeriksaan Down Syndrome pada ibu hamil di Taiwan sifatnya adalah wajib. Hal ini dilakukan agar penanganan janin dengan Down Syndrome dapat diatasi sejak dini.
Setahu saya, di Indonesia tes Down Syndrome tidak wajib. Tes ini biasanya dilakukan pada kehamilan yang beresiko atau kehamilan pada wanita yang usianya sudah di atas 35 tahun. Kebanyakan ibu hamil saat usia produktif tidak melakukan tes ini, selain harganya cukup mahal dokter kandungan juga tidak mewajibkannya.
Bicara masalah harga, saya pernah membaca sebuah referensi bahwa tes Down Syndrome atau NIPT di Indonesia masih cukup mahal. Harga yang pernah saya tau yaitu sekitar IDR 3.000.000 sampai IDR 10.000.000 (bisa dikoreksi jika sudah berubah). Selain itu baik di Indonesia atau di Taiwan tes Down Syndrome tidak di cover oleh asuransi. Namun yang menjadi kabar baik adalah, harga tes Down Syndrome di Taiwan jauh lebih murah dari pada di Indonesia. Harganya hanya NT$ 3.000 atau sekitar IDR 1.500.000. Jadi meskipun tes ini diwajibkan dan tidak di cover asuransi, mahasiswa perantauan seperti saya masih bisa membayar biayanya.
Hasil Tes Down Syndrome
Tes Down Syndrome yang dilakukan di Taiwan meliputi tes darah dan USG. Jadi perjalanan selama hamil yang penuh dengan tes darah dimulai dari minggu ini, hehe. Setelah pengambilan darah, dilakukan USG oleh dokter spesialis di bidang pemeriksaan Down Syndrome, dan kebetulan dokternya bukan dokter saya. Hasil dari USG bisa dilihat dan disampaikan langsung, namun hasil tes darah masih menunggu uji lab. Alhamdulillah sesuai pemantau di USG, janin tumbuh dengan sempurna.
Hasil tes lainnya, yaitu tes darah akan diberikan pada pemeriksaan selanjutnya. Hasil tes darah ini meliputi pemeriksaan kemungkinan kromosom mengalami kelainan. Untuk hasil tes down sindrom (hasil cek darah) tidak saya share disini karena informasinya terlalu pribadi.
Fun Fact!
Seperti yang ceritakan sebelumnya, saya cukup takut dengan jarum suntik. Sehingga proses pengambilan darah di lengan dengan jarum suntik cukup menakutkan. Semenjak saya tau kalau harus tes darah, semenjak itu juga saya galau membayangkan betapa ‘ngeri’-nya proses pengambilan darah. Sebenarnya saya tau kalau disuntik itu nggak terlalu sakit sih, tapi entah kenapa perasaan takut sebelum disuntik itu selalu terngiang-ngiang. Ada yang sama kah?
Yang lebih membuat heran lagi adalah, setelah proses pengambilan darah selesai, saya dengan santainya bilang “Ternyata nggak sakit ya? Cuma gitu doang. Wkwkwk”. Padahal sebelum itu saya galau 2 minggu karena mau tes darah, hehehe.
Minggu Ke-16 Kehamilan
Setelah usia kehamilan memasuki trimester 2 atau 3 bulan, pemeriksaan kehamilan akan dilakukan satu bulan sekali sampai awal trimester tiga. Sehingga jadwal cek kehamilan dilakukan lagi saat sudah menginjak minggu ke-16.
Pada minggu ke-16 agenda pemeriksaan yang dilakukan adalah pengecekan rutin dan pemeriksaan jenis kelamin. Nah, fase ini yang biasanya paling ditunggu-tunggu oleh pasangan suami istri untuk mengetahui jenis kelamin calon bayinya.
Hasil pengecekan rutin berjalan lancar. Pada minggu ke-16 ini panjang janin sudah mencapai 10,84 cm. Ukurannya sudah bertambah dua kali lipat dari minggu ke-12.
Setelah pengecekan CLR, dokter mencoba melihat jenis kelamin bayi. Sebelum melihat, dokter bertanya kepada kami apakah kami punya feeling tentang jenis kelamin bayinya? Waktu itu saya punya feeling bayinya laki-laki sih, hehe. Namun feeling saya kurang tepat, setelah dokter melihat kemungkinan besar bayi saya perempuan. Namun dokter bilang jika kemungkinan ini adalah 70% akurasinya. Jadi, siap-siap saja dengan surprise saat lahir nanti.
Minggu Ke-20 Kehamilan
Pada minggu ke-20 kehamilan, dilakukan lagi pemeriksaan pada janin. Nah, pada minggu ke-20 ini pemeriksaan akan lebih ditekankan pada melihat perkembangan organ-organ bagian luar ini pada janin. Organ-organ tersebut antara lain seperti wajah, tangan, dan kaki.
Meskipun belum bisa melihat wajah dengan jelas, namun bentuk wajah janin sudah bisa tergambar dengan cukup baik. Terlihat ada bagian mata, hidung, dan mulut yang sudah mulai terbentuk dengan sempurna. Bagian tangan juga sudah terlihat jelas dan sudah bisa bergerak-gerak meskipun belum begitu terasa.
Selain bagian wajah, bagian kaki juga sudah terlihat tumbuh dengan baik. Nah, jika janin sudah besar kaki ini akan sering menendang-nendang nih di perut Mommy, hehe.
Persiapan Babymoon
Selain periksa kehamilan, pada minggu ini saya juga memeriksa kesehatan tubuh secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut meliputi tekanan darah dan berat badan dengan lebih detail. Ini dilakukan karena saya akan pergi ke luar negeri dengan menggunakan pesawat terbang, tepatnya ke Indonesia.
Mumpung sedang liburan semester genap, saya dan suami berencana babymoon ke Indonesia. Selain itu untuk mengobati rasa ‘ngidam’ makanan Indonesia yang belum kesampaian. Hasil pengecekan fisik pun dinyatakan sehat dan saya mendapatkan surat keterangan dari rumah sakit.
Surat keterangan itu menyatakan bahwa ibu dan janin sehat untuk melakukan perjalanan dengan pesawat terbang. Surat keterangan ini bisa ditunjukkan ke maskapai jika mereka meminta. Namun biasanya bila usia kehamilan belum terlalu besar, pihak maskapai tidak meminta surat keterangan tersebut.
Fun Fact!
Di minggu ke-20 saya sudah bisa merasakan tendangan bayi dengan jelas. Dan tendangan ini akan tetap terasa sampai kelahiran. Merasakan tendangan dari dalam perut membuat saya semakin takjub atas kuasa Allah yang menghadirkan kehidupan di dalam rahim seorang Ibu.
Minggu Ke-24 Kehamilan (Tes Diabetes Gestational)
Pemeriksaan pada minggu ke-24 hampir sama dengan minggu ke-20. Disini dilihat perkembangan janin dengan lebih detail, meliputi BDP, AC, FL, dan Heart Rate. Dari pemeriksaan tersebut akan diperkirakan berat badan bayi. Sehingga mulai minggu ini berat badan bayi juga akan dipantau sampai waktu melahirkan tiba.
BPD atau diameter kepala bayi mulai dipantau di minggu ke-24. Hal ini dilakukan agar dokter mengetahui perkembangan bagian kepala bayi. Hal ini penting dilakukan, apalagi jika Ibu ingin melahirkan normal. Ukuran kepala bayi dan berat badan bayi diusahakan normal dan tidak terlalu besar agar memudahkan untuk lahir secara normal.
Selain pemeriksaan BPD, juga dilakukan pemeriksaan AC atau lingkar perut bayi. Sama seperti pemeriksaan lingkar kepala, pemeriksaan lingkar perut bayi akan membantu dalam memperkirakan berat badan bayi. Pemeriksaan lain adalah FL atau panjang tulang kaki bayi.
Yang paling penting dan selalu dilakukan dalam pemeriksaan janin adalah pemeriksaan detak jantung. Dokter akan selalu memastikan bahwa detak jantung janin normal. Selain itu, bagian ini adalah bagian yang paling Saya tunggu. Tidak ada hal lain yang lebih membahagiakan selain mendengar detak jantung janin di dalam rahim. Sungguh besar kuasa Allah yang telah menciptakan janin manusia pada rahim seorang Ibu.
Secara garis besar, pemeriksaan USG minggu ke-24 berjalan lancar dan semuanya normal. Namun, dokter menyimpulkan bahwa janin saya sedikit lebih besar dari usia seharusnya. Pada hasil pemeriksaan BPD, AC, dan FL terlihat ada kelebihan 2 weeks 2 days. Namun itu belum terlalu mengkhawatirkan karena masih bisa diperbaiki dengan menjaga pola makan dan dianjurkan untuk tetap bergerak ringan.
Prosedur Tes Diabetes Gestational
Sebelum melakukan pemeriksaan USG pada bayi, pada minggu ke-24 akan dilakukan pemeriksaan kadar gula darah pada ibu hamil. Pemeriksaan kadar gula darah umumnya dilakukan antara pada 24 sampai 28 minggu kehamilan untuk memeriksa apakah Ibu memiliki diabetes gestational.
Diabetes gestational sendiri adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki kadar gula darah tinggi. Biasanya kondisi ini terjadi pada wanita yang sedang hamil. Setidaknya ada 2 sampai 5 persen Ibu hamil berpotensi memiliki diabetes gestational. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu masalah kesehatan paling umum bagi wanita yang sedang mengandung. Diabetes gestational jarang menampakkan gejala kesehatan tertentu. Sehingga satu-satunya cara untuk mengecek apakah Ibu hamil terkena diabetes ini adalah dengan melakukan glucose screening test.
Prosedur tes diabetes gestasional yaitu:
- Saya wajib datang sesuai jadwal. Misalkan jadwal pemeriksaan saya adalah jam 9 pagi, maka saya tidak boleh makan dari jam 9 malam pada hari sebelumny. Atau kurang lebih 10 sampai 12 jam sebelum tes.
- Pengambilan sample darah pertama: Setelah sampai di rumah sakit, dokter akan mengambil sample darah. Pengambilan sample darah dilakukna dengan dengan memasukkan jarum infus ke punggung tangan kanan atau kiri. Untuk memudahkan pengambilan darah selanjutnya, jarum infus dibiarkan tetap di tangan agar tidak dilakukan injeksi ulang.
- Minum cairan glukosa: Setelah itu saya diminta untuk meminum cairan glukosa 7, 5 tube. Isi setiap tube kurang lebih 10 ml. Rasa cairan ini sangat manis saya perlu minum air putih sebagai penyeimbang rasa. Dan perlu diperhatikan bahwa saya tidak boleh memuntahkan cairan glukosa yang saya minum. Jika saya muntah maka tes akan diulang dari awal.
- Pengambilan sample darah kedua: Pengambilan sample darah kedua dilakukan dalam waktu 1 jam setelah pengambilan sample yang pertama.
- Pengambilan sample darah ketiga: Pengambilan sample darah ketiga dilakukan dalam waktu 1 jam setelah pengambilan sample yang kedua.
Setelah semua prosedur selesai, jarum infus baru dilepas dan saya diperbolehkan pulang. Hasil tes ini akan disampaikan pada pemeriksaan selanjutnya. Singkat cerita, hasil tes diabetes gestasional saya adalah normal atau tidak ada gejala diabetes.
Minggu Ke-28 Kehamilan
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan satu bulan kemudian yaitu sekitar minggu ke-28. Pada minggu ke-28 juga dilakukan pemeriksaan lengkap meliputi BDP, AC, FL, dan Heart Rate. Selain itu akan diperkirakan juga berat badan bayi, apakah normal, kurang, atau lebih.
BPD atau diameter kepala bayi pada minggu ke-28 ini sudah mencapai 7,22 cm. Ukuran ini bertambah sekitar 2 cm dari minggu ke 24. Menurut hasil USG ukuran ini adalah ukuran untuk janin berusia 29 minggu, jadi masih tergolong sedikit lebih besar. Dokter juga mengatakan bahwa ukuran lingkar kepala bayi akan berkembang dengan cepat setelah memasuki trimester ke-3.
Selain melakukan pemeriksaan lingkar kepala, juga dilakukan pemeriksaan AC atau lingkar perut bayi dan FL atau panjang kaki. Pada pemeriksaan di minggu ke-28 nilai BPD, AC, dan FL masih lebih besar sekitar dua minggu dari ukuran seharusnya. Berat badan bayi juga sudah mencapai 1216 gram dan kata dokter ukuran ini sudah cukup besar.
Peringatan Tentang Berat Badan Ibu
Dokter pun penasaran apakah saya sering makan makanan manis? dan Saya pun bilang iya. Saat hamil trimester ke-3 ini cuaca di Taiwan sedang sangat panas saat akhir musim panas di bulan September. Dan saya bilang bahwa saya selalu minum bubble milk tea setiap hari, hehe.
Dokter pun bilang bahwa pada trimester ketiga ibu hamil harus menjaga asupan karbohidrat dan gula. Hal ini dilakukan untuk mencegah kenaikan berat badan yang terlalu berlebih. Di Taiwan, ibu hamil dengan satu janin (tidak kembar) hanya boleh naik berat badan maksimal 16 kilo sampai usia kehamilan 9 bulan.
Jika kenaikan berat badan lebih dari itu maka sudah disebut obesitas. Sehingga dokter menyarankan agar saya mengurangi makanan manis seperti gula dan buah yang manis. Pastinya ini dilakukan agar tidak terjadi mengalami kenaikan berat badan berlebih.
Agak sulit memang untuk mengurangi makanan yang manis, karena selama hamil saya sering ngidam makanan manis. Dan yang paling saya suka adalah minum zhencu naicha atau bubble milk tea. Kebetulan sekali bubble milk tea memang sangat enak dinikmati saat musim panas. Saya tetap minum sih untuk menghilangkan rasa ‘pengen’, tapi dikurangi jadi seminggu sekali. Porsi makan pun saya batasi menjadi porsi wajar hanya tiga kali sehari.
Pemeriksaan rutin selanjutnya adalah heart beat atau detak jantung dan ini lah tahap yang ditunggu-tunggu. Seperti yang saya bilang sebelumnya bahwa mendengar suara detak jantung bayi di dalam perut adalah hal yang paling menakjubkan. Setelah memasuki usia kehamilan trimester 3 suara detak jantung sudah bisa didengar dengan lebih jelas dan keras.
Minggu Ke-30 Kehamilan
Setelah memasuki minggu ke-28, pemeriksaan kembali dilakukan setiap dua minggu. Sehingga jadwal pemeriksaan selanjutnya adalah pada minggu ke-30. Pada minggu ke-30 dilakukan pemeriksaan yang sama dengan sebelumnya yaitu BPD, AC, FL, Heart Rate, dan Berat Janin.
Pada minggu ke-30 hasil pemeriksaan BPD atau diameter kepala bayi sudah cukup besar. Ukurannya sudah mencapai 7,98 cm. Ukuran ini lebih besar untuk ukuran janin 30 minggu. Pada hasil USG tertulis bahwa ukuran ini adalah untuk janin berusia 32 minggu.
Pada minggu ke-30 hasil pemeriksaan AC atau lingkar perut bayi mencapai 26,50 cm. Alhamdulillah ukuran ini masih sesuai dengan usia janin yaitu sekitar 30 weeks 5 days.
Pada pemeriksaan minggu ke-30 ini semua hasil USG termasuk hasil pemeriksaan FL juga dicetak. Panjang FL atau tulang kaki bayi pada minggu ini adalah 5,64 ukuran ini sedikit lebih kecil dari seharusnya. Namun ukuran tersebut masih terbilang normal.
Pemeriksaan yang terakhir adalah pemeriksaan detak jantung atau heartbeat. Hasil pemeriksaan detak jantung menunjukkan bahwa jumlah detak jantung bayi sudah berkurang dari dua minggu sebelumnya. Jumlah detak berkurang dari 156 bpm menjadi 140 bpm pada minggu ke-30. Hal ini merupakan hal yang wajar mengingat jantung bayi sudah terbentuk dengan sempurna.
Ada beberapa kesimpulan dari pemeriksaan minggu ke-30 ini. Hasil pemeriksaan BPD 2 minggu lebih besar dari ukuran seharusnya sedangkan hasil pemeriksaan AC, FL, dan heart rate terbilang normal. Berdasarkan data-data tersebut pada minggu ini berat badan bayi diperkirakan sudah mencapai 1605 gram. Dokter kembali mengingatkan bahwa waktu kelahiran minimal masih 7 atau 8 minggu lagi, dan janin saya sudah cukup besar. Sehingga saya tetap diminta untuk mengurangi makanan manis, hehe.
! Tips Kehamilan di Minggu Ke-30
Pada minggu ke-30 dokter menyarankan kepada saya untuk mulai sering berjalan kaki. Berjalan kaki juga akan membantu kepala bayi berada pada posisi di bawah atau tidak sungsang. Selain itu, berjalan kaki akan membantu bayi turun ke panggul secara alami dan memudahkan persalinan normal. Saya disarankan berjalan kaki satu jam setiap hari pada pagi atau sore hari.
Minggu Ke-32 Kehamilan
Pada minggu ke-32 dilakukan pemeriksaan yang sama dengan sebelumnya yaitu BPD, AC, FL, Heart Rate, dan Berat Janin. Pemeriksaan ini juga ditambah dengan pengecekan posisi janin. Saat memasuki minggu ke-32 atau 8 bulan, posisi kepala janin seharusnya sudah di bawah dan bersiap masuk ke panggul.
Saat pertama kali melakukan USG, dokter bilang jika kepala bayi sudah berada di bawah dan posisinya cukup bagus. Ada kecil kemungkinan bayi masih bisa berputar dan bila itu terjadi, pada pemeriksaan selanjutnya akan dilakukan treatment. Saya kurang tau treatment seperti apa yang akan dilakukan. Tapi dokter sempat bilang bahwa akan dilakukan pemijatan pada perut untuk mengatur posisi janin. Pemijatan ini kemungkinan diperbolehkan dari sisi medis dan prosesnya pasti berbeda dengan pijat yang dilakukan oleh orang di luar medis.
Pada minggu ke-32 hasil pemeriksaan BPD atau diameter kepala bayi masih relatif sama dengan dua minggu sebelumnya yaitu 7,97 cm. Ukuran ini pas dengan usia janin yaitu 32 minggu. Sepertinya diet saya dengan mengurangi makanan manis berhasil. Ukuran janin jadi normal kembali.
Pada minggu ke-32 hasil pemeriksaan AC atau lingkar perut bayi mencapai 28,94 cm. Nah, kali ini perut janinnya yang lebih besar. Sepertinya bayinya mulai gendut, hehe.
Selanjutnya pemeriksaan FL atau panjang tulang kaki bayi pada minggu ini adalah 6,30. Panjang FL juga normal sesuai dengan usia janin yaitu sekitar 32 minggu.
Secara garis besar hasil dari pemeriksaan minggu ke-32 ini normal dan sesuai usia janin. Berdasarkan data-data tersebut pada minggu ini berat badan bayi diperkirakan sudah mencapai 2051 gram. Dokter bilang berat badan bayi masih normal dan masih ada kemungkinan untuk lahir secara normal tanpa kendala.
Untuk melahirkan normal dengan mudah, diusahakan berat badan bayi antara 2500 sampai 3300 gram saja. Dan saya masih punya kesempatan untuk menambah berat badan bayi sekitar 500-1300 gram lagi untuk satu bulan ke depan. Dokter juga bilang jika saya bisa menjaga kenaikan berat badan dengan baik seperti dua minggu sebelumnya, maka berat badan janin yang ideal akan didapatkan saat lahir.
! Tips Kehamilan di Minggu Ke-32
Pada minggu ke-32 dokter menyarankan kepada saya untuk lebih sering berjalan kaki lagi. Dokter di Taiwan tidak menyarankan olah raga atau gerakan pre-natal apapun selama akhir kehamilan. Dokter hanya menyarankan untuk berjalan kaki lebih banyak. Bahkan dokter menyarankan untuk tidak naik turun tangga terlalu sering, karena terkadang resikonya lebih besar daripada manfaatnya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa berjalan kaki akan membantu bayi turun ke panggul secara alami dan memudahkan persalinan normal. Saya disarankan menambah waktu berjalan kaki antara satu sampai dua jam setiap hari pada pagi atau sore hari.
Minggu Ke-35 Kehamilan (Tes Streptococcus)
Pada minggu ke-35 dilakukan pengecekan USG seperti biasa yaitu BPD, AC, FL, Heart Rate, dan Berat Janin. Hasil pengecekan BPD adalah 8,65 cm dan ukuran ini sesuai untuk ukuran janin 35 weeks.
Sedangkan hasil pengecekan AC adalah 33.05 cm ukuran ini lebih besar dari ukuran janin yang seharusnya yaitu 37 weeks. Dokter sempat bilang bahwa janin saya punya ukuran perut yang sedikit gendut, hehehe.
Hasil pengecekan FL juga menunjukkan hasil yang terlalu besar dari ukuran seharusnya. Panjang FL pada minggu ini sudah mencapai 7,43 cm dan ukuran ini terdeteksi untuk janin 38 weeks. Sepertinya janin punya kaki yang panjang, hehe.
Yang terakhir pengecekan Heart Rate dan hasilnya semuanya normal. Sedangkan untuk berat badan, pada minggu ini berat badan bayi diperkirakan sudah mencapai 3 kg. Saya pun diberikan peringatan oleh dokter agar tetap menjaga pola makan. Hal ini dilakukan agar berat badan bayi tidak jauh dari angka 3 kg untuk mempermudah persalinan secara normal.
Tes Streptococcus
Pada minggu ke-35 ini juga dilakukan pemeriksaan Streptococcus pada Ibu hamil. Bakteri Streptococcus adalah bakteri yang umum hidup di daerah anus. Pada ibu hamil bakteri ini bisa menjalar ke area kewanitaan. Apabila ditemukan infeksi Streptococcus pada area kewanitaan maka akan membahayakan bagi bayi pada saat proses kelahiran. Terutama pada bayi yang lahir menggunakan metode vaginal birthing. Di Taiwan, pemeriksaan ini wajib dilakukan sebelum usia kehamilan 37 minggu dan gratis.
Cara pemeriksaan Streptococcus dilakukan dengan mengambil sample cairan area kewanitaan. Dokter akan melakukan swab dengan alat menyerupai cotton bud pada area kewanitaan. Lalu sample cairan tersebut akan diuji di laboratorium. Hasil dari tes ini akan diberikan pada pemeriksaan selanjutnya, yaitu pemeriksaan pada minggu ke-37. Jika hasil tes Streptococcus menunjukkan hasil positif atau ada infeksi, maka sesaat sebelum melahirkan akan diberikan suntikan antibiotik. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan, seingat saya dokter menjelaskan demikian.
Fun Fact
Saya tidak pernah menerima hasil tes Streptococcus karena pada jadwal pemeriksaan selanjutnya yaitu pada minggu ke-37 bayi saya sudah lahir. Sehingga saya tidak jadi melakukan pemeriksaan kehamilan, tapi sudah melakukan persalinan. Namun dokter tidak membahas hasil tes Streptococcus saat saya melahirkan dan saya juga tidak mendapatkan suntikan antibiotik sebelum melahirkan. Sehingga kemungkinan besar hasil tes nya adalah negatif atau saya tidak terinfeksi.
! Tips Kehamilan di Minggu Ke-35
Seperti yang saya bilang sebelumnya bahwa dokter kandungan saya tidak merekomendasikan senam, gerakan, atau olah raga apapun selai berjalan kaki. Sehingga jika kita ingin melakukan senam kehamilan atau senam agar janin segera masuk panggul, kita harus belajar sendiri atau meminta bantuan ahli selain dokter.
Ada satu treatment yang ingin saya lakukan pada minggu-minggu akhir kehamilan. Karena pada kebanyakan orang Indonesia treatment ini berhasil membantu melahirkan normal tanpa robekan. Treatment tersebut adalah ‘pijat perineum’. Karena tidak punya pengalaman sayapun bertanya kepada dokter apakah saya perlu melakukan pijat perineum untuk membantu agar bisa melakukan persalinan normal? Dokterpun menjawab tidak perlu. Beliau berkata pijat perineum tidak umum dilakukan di Taiwan. Awalnya saya bertanya-tanya kenapa hal tersebut tidak dilakukan, dan ternyata jawabannya akan saya dapatkan saat proses melahirkan nanti. Saya tepat hanya disarankan menambah waktu berjalan kaki antara satu sampai dua jam setiap hari pada pagi atau sore hari.
Dokter juga berpesan bahwa saya sudah dekat dengan waktu melahirkan. Waktu melahirkan yang normal dalam artian tidak prematur dimulai setelah minggu ke-37. Jadi, jika saya sudah memasuki minggu ke-37 saya bisa melahirkan kapanpun. Namun, jika usia kehamilan saya sudah 40 minggu dan belum ada tanda-tanda kelahiran, maka akan dilakukan tindakan seperti induksi atau operasi.
Baca Juga: Pengalaman Melahirkan di Rumah Sakit Luar Negeri (Taiwan)
Minggu Ke-37 Kehamilan
Setelah pemeriksaan minggu ke-35, pemeriksaan selanjutnya adalah pada minggu ke-37. Saya dan dokter sudah mempersiapkan jadwal pertemuan seperti biasanya. Namun, siapa sangka ternyata saya melahirkan di hari dimana saya harusnya periksa kehamilan pada minggu ke-37. FYI: Due date saya adalah 21 Desember 2019 (40 weeks).
Kelahiran Bayi di 37 Weeks 2 Days
Cerita kelahiran ini berawal dari awal minggu ke 36. Di awal minggu ke-36 saya semakin sering mengalami kontraksi palsu. Kontraksinya tidak sakit hanya terasa perut seperti sangat kencang. Mendekati minggu ke-37 kontraksi palsu yang saya rasakan semakin sering, apalagi di malam hari. Sampai saya mencoba download aplikasi Contraction Timer untuk mencatat kejadian kontraksi.
Saya melahirkan hari Senin Sore, sedangkan hari Minggu sore saya masih jalan-jalan di sekitar kampus dan makan malam di luar. Setelah makan malam seperti biasa saya jalan kaki menuju apartemen dan belum ada tanda-tanda apapun. Sampai di rumah seperti biasa saya buka laptop sambil sandaran di tempat tidur. Dan sepertinya kontraksi aktif dimulai pas malam itu.
Jadi, sekitar pukul 12 malam, saya merasakan kontraksi yang cukup kencang. Perut saya mengeras dan berulang namun intervalnya masih panjang dan kacau. Saya pun masih bisa tidur, namun sesekali bangun karena kontraksi muncul dan saya catat di aplikasi.
Saya pun tidur sampai Subuh sekitar pukul 4.30. Seperti biasa, setelah bangun tidur saya ke kamar mandi untuk buang air kecil dan wudhu. Betapa kagetnya saya melihat ada bercak darah di celana dalam. Sayapun langsung berfikir sepertinya saya akan segera melahirkan, karena selama hamil saya tidak pernah keluar flek atau bercak darah.
Saya pun langsung bilang pada suami jika ada bercak darah yang muncul. Ini bukan lagi flek, namun sudah bercak darah berwarna merah terang. Akhirnya saya meminta suami untuk segera packing semua keperluan yang akan dibawa ke rumah sakit. Cerita lengkap mengenai proses melahirkan di rumah sakit Taiwan akan saya bahas di artikel lain.
Fun Fact!
Sehari sebelum kelahiran, tepatnya hari Minggu, saya punya feeling untuk mempersiapkan barang-barang yang akan saya bawa saat melahirkan. Karena dokter bilang bahwa saya dapat melahirkan kapan saja setelah usia kandungan mencapai 37 minggu. Namun saya tidak menyangka kalau besoknya saya akan lahiran. Sebenarnya saya punya feeling akan lahiran awal Desember, namun tanggalnya kisaran 11 atau 12 Desember. Namun ternyata maju lebih awal. Saya banyak membaca cerita bahwa kebanyakan kehamilan pertama akan lahir lebih cepat dari due date-nya.
Kelebihan Pemeriksaan di Luar Negeri (Taiwan)
Jika diminta membandingkan secara rinci perbedaan pemeriksaan kehamilan di Indonesia dan Taiwan, tentu saya tidak bisa melakukannya. Karena saya belum pernah punya pengalaman pemeriksaan kehamilan secara langsung di rumah sakit Indonesia. Namun, saya bisa memberikan sedikit gambaran kelebihan pemeriksaan kehamilan di Taiwan menurut pengalaman saya.
- Pemeriksaan dilakukan sangat detail dari bulan pertama kehamilan sampai melahirkan.
- Semua jenis pemeriksaan di cover oleh asuransi kecuali pemeriksaan tambahan.
- Pemeriksaan tambahan seperti tes Down Syndrome diwajibkan untuk mengetahui jika ada kelainan sejak dini.
- Biaya tes Down Syndrome di Taiwan relatif lebih murah daripada di Indonesia.
- Pemeriksaan pra kelahiran seperti tes diabetes gestasional juga wajib dilakukan dengan SOP yang baik serta tercover asuransi.
- Dokter dan beberapa perawat dapat berbahasa Inggris dengan baik.
- Fasilitas kesehatan, alat kesehatan, dan protokol kesehatan di Taiwan sudah mempunyai standar yang baik.
- Antrian pasien tidak terlalu banyak, sehingga dokter punya cukup waktu untuk melakukan obrolan sebelum dan sesudah pemeriksaan USG. Saat pemeriksaan USG pun dilakukan dengan detail dan tidak terburu-buru.
Fun Fact!
Sebelum ke Taiwan, saya pernah periksa kondisi rahim ke salah satu dokter kandungan yang cukup terkenal di Kota Malang. Kebetulan dokter tersebut buka praktek di rumahnya saat sore hari hingga malam hari. Karena baru pertama kali ke dokter kandungan saya langsung datang saja tanpa melakukan reservasi terlebih dahulu. Sehingga saya pun harus menunggu antrian cukup lama. Selain itu, reservasi belum bisa dilakukan secara online dan masih berbasis SMS. Selain itu waktu pemeriksaan cukup singkat. Meskipun sempat berdiskusi, rasanya kurang efektif karena seperti dikejar waktu. Ini wajar sih, kemungkinan karena waktu jam praktek yang terbatas dan jumlah pasien yang antri masih sangat banyak.
Kekurangan Pemeriksaan Kehamilan di Luar Negeri (Taiwan)
Meskipun proses pemeriksaan ibu dan bayi mempunyai standar yang sangat baik, ternyata ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan saat melakukan periksa kehamilan. Dan menurut saya ini kekurangan, karena jika kita periksa kehamilan di Indonesia hal ini boleh dilakukan. Apa itu?
- Dilarang mengambil gambar atau video saat proses USG dilakukan.
Meskipun saya belum pernah periksaan kehamilan di Indonesia, saya melihat dari banyak referensi bahwa mengambil gambar atau video saat USG diperbolehkan. Namun, di rumah sakit yang saya kunjungi hal itu dilarang. Kemungkinan hal ini juga terjadi pada semua rumah sakit di Taiwan. Mengingat orang Taiwan sangat peduli terhadap privasi. Sehingga hal-hal yang bukan konsumsi publik seperti proses pemeriksaan pasien tidak boleh difoto atau direkam.
Fun Fact!
Meskipun peraturan rumah sakit melarang pengambilan foto dan video saat USG, hasil pemeriksaan USG akan di print out dengan lengkap dan detail sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan. Oleh karena itu saya mempunyai banyak foto hasil USG yang bisa saya bagikan disini. Dan foto-foto hasil USG yang saya bagikan disini belum semuanya loh, masih banyak detail hasil USG lain yang tidak saya share, hehe.
wah detai sekali ya
Iya kak, standar periksa kehamilan di Taiwan memang cukup lengkap dan detail. Pengalaman yang berharga bisa melakukan pemeriksaan kehamilan dan melahirkan disini. Info ini bisa jadi referensi jika mau melakukan pemeriksaan kehamilan di Indonesia juga loh. Saya yakin di Indonesia pun kita juga bisa request pemeriksaan yang lengkap agar kesehatan ibu dan bayi tetap terpantau.
Assalamualaikum mbak, perkenalkan saya yuni saya juga berkuliah di taiwan mengambil S2, tapi akhir januari 2020 sy plng ke Indonesia krna libur musim dingin dan karena corona saya batal kembali ke taiwan dan melakukan kuliah online, akhir februari alhamdulillah sy hamil anak pertama tetapi bln agustus sy harus kembali ke taiwan untuk kuliah, saya fikir akan melahirkan di Indonesia tetapi karena dari pihak kampus sudah menyuruh untuk kembali dan kemungkinan besar saya akan melahirkan di taiwan. Saya ingin tanya mbak kalau melahirkan di taiwan apakah biaya perawatan dan persalinan mahal di taiwan krna asuransi saya belum jadi
Walaikumsalam wr wb. Halo Mbak Yuni salam kenal. Btw nama kita mirip, hehe.
Untuk biaya melahirkan di Taiwan bisa dibilang cukup mahal jika tidak menggunakan asuransi. Sesuai pengalaman saya, jika saya tidak menggunakan asuransi (NHI), maka saya harus membayar sekitar 40.000 NTD atau sekitar Rp 20.000.000 untuk biaya melahirkan. Namun karena saya mengunakan NHI, saya hanya membayar sekitar 9000 NTD atau Rp 4.500.000, dimana biaya tersebut sebenarnya adalah biaya tambahan. Jika saya tidak mengambil biaya penanganan dan pemeriksaan tambahan, maka biaya melahirkan dan rawat inap selama tiga hari sangat murah, mungkin hampir gratis dengan NHI.
Selamat untuk kehamilannya ya mbak, semoga lancar sampai melahirkan.