Terakhir diperbarui pada Mei 28, 2024
Di episode Kuliah di Taiwan PART 1 ini, kita bakal menjelajahi Taiwan lebih dalam. Kita akan bahas tentang gimana sih perkembangan ekonomi, budaya, teknologi, dan sejarah di negeri ini?
Siap-siap untuk mengenal Taiwan lebih dekat dan bersiap terpesona dengan semua hal menariknya!
1. Mengenal Taiwan Lebih Dekat
Terletak di Asia Timur, Taiwan bagaikan permata yang diapit Selat Taiwan dan Laut Filipina. Dulunya mengandalkan sektor pertanian, Taiwan menjelma menjadi Macan Asia dengan fokus pada industri berteknologi tinggi dan berorientasi ekspor.
Perjalanan transformasi Taiwan terbilang pesat. Pada rentang 1952-1960, pertumbuhan ekonomi Taiwan hanya 3,1%. Namun, dekade berikutnya (1968-1973) menandakan kebangkitan pesat dengan lonjakan pertumbuhan hingga 7,1%. Perkembangan industri elektronik, petrokimia, dan mesin menjadi pendorong utama transformasi ini.
Kini, Taiwan tak hanya dikenal sebagai negara maju, tetapi juga memiliki budaya yang unik. Bahasa Mandarin Tradisional menjadi bahasa resmi, berbeda dengan Mandarin Simplified yang digunakan di Tiongkok. Sejarah politik yang kompleks dengan Tiongkok mendorong program “Wajib Militer” bagi penduduk laki-laki Taiwan.
Terlepas dari gejolak politik, Taiwan tetap menjadi destinasi wisata dan pendidikan yang menarik. Bagi pecinta budaya Mandarin, Taiwan menawarkan pengalaman belajar dan berwisata yang tak terlupakan.
Image by tawatchai07 on Freepik
2. Penduduk Di Taiwan
Tahukah Anda bahwa di balik hiruk pikuk modernitas Taiwan, terdapat kekayaan budaya yang terukir dalam sejarah panjang pulau ini? Salah satu hal yang paling menarik adalah keberadaan penduduk asli Taiwan, yaitu Aborigin Taiwan, yang memiliki ciri khas kulit coklat dan mata bulat. Kehadiran mereka menjadi bukti nyata keragaman etnis di Taiwan, berbeda dengan mayoritas penduduk saat ini yang merupakan keturunan imigran Tiongkok.
Perbedaan ini merupakan hasil dari migrasi besar-besaran penduduk Republik Rakyat Tiongkok sekitar 400 tahun lalu. Mereka datang dengan membawa budaya dan tradisi mereka, menetap di pulau ini, dan bahkan menikah dengan penduduk asli. Perpaduan ini melahirkan masyarakat Taiwan yang kaya akan keragaman budaya dan sejarah.
Menariknya, Taiwan dengan luas wilayah 36.193 kilometer persegi dan populasi 23,77 juta jiwa, menempati peringkat 17 dunia dalam hal kepadatan penduduk. Hal ini menunjukkan betapa semaraknya kehidupan di pulau ini, di mana berbagai budaya dan tradisi berpadu dan berkembang pesat.
Mempelajari tentang Aborigin Taiwan membuka jendela untuk memahami akar sejarah dan budaya pulau ini. Keberadaan mereka menjadi pengingat akan kekayaan etnis dan keragaman yang menjadi identitas Taiwan.
3. Perkembangan Pembangunan dan Ekonomi
Sejarah Singkat dan Pengaruh Jepang
Taiwan memiliki sejarah panjang dan kompleks, dengan pengaruh dari berbagai budaya. Pada periode 1895-1945, Taiwan berada di bawah kekuasaan Jepang, yang meninggalkan jejak mendalam dalam arsitektur dan budayanya. Bahkan hingga saat ini, masih banyak bangunan peninggalan Jepang yang dapat ditemukan di Taiwan. Pengaruh ini juga terlihat dalam hubungan diplomatik kedua negara yang masih terjalin erat.
Kebangkitan Ekonomi dan Transformasi
Meskipun memiliki masa awal pemerintahan yang otoriter dan populasi yang padat, Taiwan berhasil mengalami transformasi ekonomi yang luar biasa. Pada tahun 1960-an, negara ini memiliki tenaga kerja yang murah dan produktif, menjadikannya salah satu pilar utama “Empat Macan Asia Timur” bersama Singapura, Korea Selatan, dan Hong Kong. Era ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi yang pesat, berlangsung dari awal 1960-an hingga 1990-an.
Strategi Pertumbuhan dan Reformasi Pendidikan
Keberhasilan Taiwan dalam perdagangan internasional didorong oleh berbagai faktor, mulai dari bisnis keluarga kecil-menengah yang turun-temurun hingga ekspor produk industri teknologi maju. Negara ini memfokuskan ekspor industrinya pada negara-negara industri yang lebih kaya seperti Amerika, dan menerapkan kebijakan impor dengan biaya tinggi.
Salah satu kunci utama kemajuan Taiwan adalah Reformasi Pendidikan yang dilakukan pemerintah. Pada tahun 1960, pemerintah memastikan bahwa semua penduduknya menempuh pendidikan minimal setingkat SMA. Hal ini merupakan langkah yang jauh lebih maju dibandingkan Indonesia yang baru mewajibkan pendidikan 12 tahun pada tahun 2015.
“Taiwan Miracle”: Fenomena Transformasi yang Cepat
Perkembangan Taiwan yang pesat dalam waktu kurang dari 40 tahun, meliputi ekonomi, pendidikan, transportasi, dan keragaman imigran, melahirkan fenomena yang dikenal dengan “Taiwan Miracle”. Transformasi luar biasa ini menjadi bukti nyata bahwa dengan strategi yang tepat, kerja keras, dan komitmen terhadap kemajuan, sebuah negara dapat mencapai tingkat pembangunan yang tinggi dalam waktu yang relatif singkat.
4. Perkembangan Pemerintahan
Politik
Taiwan, pulau yang terletak di lepas pantai tenggara Tiongkok, memiliki sejarah politik yang kompleks dan dinamis. Dimulai sebagai koloni Belanda pada abad ke-17, Taiwan kemudian mengalami masa kekosongan kekuasaan sebelum dikuasai oleh Tiongkok. Pemerintahan yang efektif baru hadir ketika Jepang menjajah pulau ini pada tahun 1895.
Pasca Perang Dunia II, Chiang Kai-Shek membawa sistem politik Tiongkok ke Taiwan dengan mendirikan Republik Tiongkok. Era baru ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi pasar bebas yang pesat di awal tahun 1960-an. Hal ini membuka peluang bagi Taiwan untuk melakukan reformasi politik dan melangkah menuju demokrasi.
Pada tahun 1960-an, ide-ide politik Barat, terutama mengenai kebebasan individu, mulai merasuki Taiwan. Generasi muda Taiwan mendambakan demokrasi dan keterbukaan informasi. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi dan perdagangan luar negeri semakin memperkuat pentingnya demokrasi. Arus informasi yang bebas dianggap esensial untuk akuisisi teknologi dan menjaga pertumbuhan ekonomi.
Dinamika ini melahirkan budaya politik Taiwan yang unik, memadukan pengaruh Barat dan nilai-nilai tradisional Asia. Demokrasi Taiwan, yang sering disebut sebagai “demokrasi Asia”, menekankan kerja keras, stabilitas sosial, dan penghormatan terhadap orang tua. Keluarga dianggap sebagai institusi sosial yang fundamental. Sistem birokrasi dalam demokrasi ini mengedepankan efisiensi dan menghindari perdebatan yang dianggap tidak produktif.
Singkatnya, budaya politik Taiwan merupakan hasil perpaduan berbagai pengaruh, dengan demokrasi Barat sebagai landasannya. Namun, demokrasi Taiwan memiliki ciri khasnya sendiri, yaitu menggabungkan nilai-nilai tradisional Asia seperti kerja keras, stabilitas sosial, dan penghormatan terhadap orang tua.
Dasar Hukum (Konstitusi)
Konstitusi Taiwan menjadi landasan hukum vital bagi pembentukan dan pengaturan negara. Sejak disahkan pada tahun 1946 oleh pemerintahan Chiang Kai-shek, konstitusi ini telah mengalami beberapa kali amandemen untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Konstitusi Taiwan mendefinisikan sistem pemerintahannya sebagai perpaduan unik antara sistem presidensial, parlementer, dan kabinet. Kekuasaan terpusat pada pemerintah nasional, yang memiliki kewenangan penuh atas angkatan bersenjata dan kepolisian. Namun, di tingkat lokal, otonomi diberikan kepada masyarakat untuk mengatur keuangan dan membuat kebijakan yang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
Lebih dari sekadar kerangka pemerintahan, konstitusi Taiwan juga memuat komitmen kuat terhadap perlindungan hak minoritas. Negara diwajibkan untuk menginisiasikan tindakan afirmatif guna memastikan representasi mereka di parlemen.
Visi dan misi negara pun tertuang secara detail dalam konstitusi, mencakup aspek ekonomi, pertahanan, kebijakan luar negeri, jaminan sosial, dan pendidikan. Hal ini tergolong unik dibandingkan dengan konstitusi negara-negara Barat yang umumnya lebih fokus pada struktur pemerintahan.
Konstitusi Taiwan telah terbukti menjadi kompas kokoh bagi demokrasi dan kesejahteraan rakyatnya. Keseimbangan antara kekuasaan pusat dan lokal, jaminan hak minoritas, serta visi yang jelas untuk masa depan menjadikan Taiwan sebagai contoh gemilang konstitusi modern yang adaptif dan berpihak pada rakyat.
Pemimpin Pemerintahan
Tahun 1992 menandai babak penting dalam sejarah demokrasi Taiwan dengan amandemen konstitusi yang komprehensif. Amandemen ini membawa perubahan fundamental dalam berbagai aspek kehidupan politik dan sosial, meletakkan fondasi bagi Taiwan modern yang kita kenal sekarang.
Perubahan penting pertama adalah transisi ke sistem pemilihan umum langsung untuk presiden dan Majelis Nasional. Hal ini mengakhiri era dominasi satu partai dan membuka jalan bagi partisipasi politik yang lebih luas bagi rakyat Taiwan. Periode jabatan presiden dan anggota Majelis Nasional juga diubah menjadi empat tahun, selaras dengan standar demokrasi modern.
Reformasi selanjutnya menyentuh ranah pemerintahan lokal, dengan otonomi yang lebih besar diberikan kepada provinsi dan daerah. Hal ini bertujuan untuk mendorong pembangunan yang lebih merata dan memperkuat hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.
Di bidang hak asasi manusia, amandemen 1992 menandai kemajuan yang signifikan. Hak-hak universal, termasuk hak perempuan, penyandang disabilitas, dan minoritas, ditegaskan dan dilindungi. Amandemen ini mencerminkan komitmen Taiwan terhadap nilai-nilai demokrasi dan kesetaraan.
Seiring perkembangan zaman, konstitusi Taiwan terus disempurnakan melalui amandemen-amandemen berikutnya di tahun 1994, 1997, 1999, dan 2003. Amandemen-amandemen ini memperkuat sistem demokrasi, memperluas hak asasi manusia, dan modernisasi pemerintahan.
Secara keseluruhan, amandemen konstitusi 1992 dan amandemen-amandemen berikutnya merupakan tonggak sejarah bagi Taiwan. Transformasi ini mengantarkan Taiwan ke era baru demokrasi, hak asasi manusia, dan pemerintahan yang baik, menjadikannya salah satu negara demokrasi paling maju di Asia Timur.
Taiwan dipimpin oleh sistem demokrasi semi-presidensial, di mana Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan empat tahun, dengan maksimal dua periode. Presiden memiliki peran ganda sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Sebagai kepala negara, Presiden mewakili Taiwan dalam urusan internasional dan memiliki kewenangan untuk menunjuk berbagai pejabat penting, termasuk Perdana Menteri. Perdana Menteri, yang memimpin Yuan Eksekutif (kabinet), bertanggung jawab atas administrasi sehari-hari negara.
Presiden juga harus melapor secara berkala kepada Legislatif Yuan, badan legislatif yang terdiri dari 113 anggota yang dipilih secara proporsional. Untuk meningkatkan efisiensi, Yuan Eksekutif saat ini sedang mengalami restrukturisasi untuk mengurangi jumlah kementerian dan lembaga dari 37 menjadi 29 (data tahun 2019).
Beberapa materi yang disampaikan pada video ini diambil dari buku Serba-Serbi Kuliah di Taiwan yang ditulis oleh 13 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Taiwan dan PPI Taiwan. Jika kalian ingin membaca bukunya kalian bisa download pada link berikut.
Featured Image by tawatchai07 on Freepik