Articles » Akademik » Mengungkap Model Bisnis Penerbit Jurnal Ilmiah
Mengungkap Model Bisnis Penerbit Jurnal Ilmiah

Mengungkap Model Bisnis Penerbit Jurnal Ilmiah

Jurnal ilmiah (atau jurnal akademik) menerbitkan artikel penelitian yang ditulis oleh para peneliti dan akademisi. Artikel-artikel ini mencakup penelitian original, artikel ulasan, dan konten akademis lainnya yang telah melalui proses review. Meskipun demikian, beberapa peneliti kesal dengan biaya berlangganan atau biaya pemrosesan artikel (article processing charge (APC)) yang tinggi, yang dibebankan oleh sebagian besar penerbit. Meskipun penulis harus membayar untuk menerbitkan penelitian mereka, kebanyakan peer-reviewer bekerja secara gratis atau sukarela.

Di dalam penerbitan jurnal

Kebanyakan orang tahu bahwa jurnal bereputasi memiliki APC dan biaya berlangganan yang tinggi. Namun, umumnya mereka tidak tahu bagaimana cara kerja penerbit dan biaya yang terkait. Mari kita mengungkapkan sekilas tentangnya.

Biaya operasional tinggi

Jurnal ilmiah bereputasi biasanya memiliki biaya operasional yang tinggi, yang meliputi (namun tidak terbatas pada) ​[1]​:

Pra-produksi konten

  • Sistem atau infrastruktur pengajuan online
  • Mencari dan menugaskan reviewer
  • Komunikasi dengan reviewer dan penulis
  • Penanganan proses pengajuan ulang
  • Pemeriksaan plagiarisme atau kesamaan

Produksi konten

  • Sistem pelacakan naskah
  • Pemeriksaan teknis naskah
  • Perbaikan naskah (Copyediting) dan tata cetak (typesetting)
  • Memformat gambar/grafik/tabel
  • Persiapan XML dan metadata
  • Menangani koreksi penulis

Publikasi dan pengarsipan

  • Platform web dan hosting
  • Preservasi digital jangka panjang (mis., CLOCKSS atau Portico)
  • Layanan pengindeksan (mis., Scopus, PMC, DOAJ)
  • DOI
  • Percetakan dan distribusi
  • Pemasaran dan promosi

Namun, kita tidak dapat menggeneralisasi biaya jurnal. Misalnya, dalam penerbit kecil dengan tingkat penerimaan yang tinggi, biaya operasional rata-rata dari setiap artikel yang diterbitkan bisa kurang dari satu juta rupiah. Sedangkan, penerbit bereputasi mungkin membutuhkan lebih dari 25 juta rupiah. Oleh karena itu, semakin rendah tingkat penerimaan, semakin tinggi biaya operasinya ​[1], [2]​.

Itulah sebabnya, biaya pemrosesan artikel (APC) dapat berkisar dari 1–150 juta rupiah, bergantung pada reputasi jurnal. Penerbit bereputasi tinggi, seperti Springer Nature, mungkin membebankan APC mencapai $11.690 (Sekitar 177 juta rupiah) kepada penulis untuk menerbitkan artikel mereka.

Mari kita hitung secara sederhana. Asumsi biaya total untuk memproses sebuah artikel adalah 1 juta rupiah. Di mana, penerbit bereputasi hanya menerbitkan satu dari setiap sepuluh artikel (tingkat penerimaan 10%). Artinya, harga sebuah artikel yang diterbitkan harus bisa menutupi seluruh biaya operasional penerbit. Akibatnya, untuk setiap artikel yang terbit, penerbit menentukan APC sekitar 10 juta rupiah, sepuluh kali lipat dari biaya pemrosesan sebuah artikel.

Selain itu, biaya yang tercantum di atas bisa sangat bervariasi. Itu tergantung pada ukuran dan ruang lingkup jurnal, serta jumlah pembaca potensial. Ada juga harga prestise atau pamor, yang menjadikan penulis harus membayar dengan harga lebih tinggi untuk menunjukkan status mereka. Artinya, kualitas dan daya saing jurnal turut mempengaruhi harga artikel.

Ilustrasi tempat kerja penerbitan
Ilustrasi tempat kerja penerbitan (sumber: MDS Architects)

Sumber penghasilan

Bagaimana mereka mendapat sumber penghasilan dan mendukung jurnal secara finansial?

Setidaknya ada tiga model bisnis yang sering dipilih oleh sebagian besar penerbit. Para penerbit jurnal terkemuka umumnya menggunakan model berbasis langganan dan akses terbuka. Sementara, beberapa penerbit jurnal berukuran kecil dan menengah biasa juga disubsidi oleh institusi akademik.

Model berbasis langganan

Penerbit berbasis langganan akan membebankan biaya kepada pembaca saat mengakses konten mereka. Ini adalah model tradisional dalam penerbitan jurnal ilmiah.

Para penerbit menawarkan berbagai pilihan akses, seperti langganan per artikel dan individu atau institusi. Umumnya, harga langganan ini bervariasi tergantung reputasi penerbit dan jumlah jurnal yang disertakan dalam paket berlangganan.

Model akses terbuka (open-access (OA))

Penerbit akses terbuka (OA) menawarkan akses dan penggunaan informasi ilmiah secara gratis. Namun, mereka biasanya membebankan biaya pemrosesan artikel (APC) kepada penulis untuk menutup biaya produksi. Biaya ini dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk reputasi penerbit dan rata-rata jumlah artikel yang dikirimkan ke jurnal.

Selain itu, semakin rendah tingkat penerimaan, semakin tinggi APC per artikel. Memang tidak semua jurnal akses terbuka membebankan biaya publikasi; beberapa memperoleh dukungan dari dana kelembagaan atau hibah.

Hybrid (kombinasi model langganan dan OA)

Sebagian penerbit menawarkan dua opsi kepada penulis: model akses terbuka atau langganan. Artinya, penulis dapat membayar APC dan memastikan bahwa artikel mereka dapat diakses secara bebas. Sebaliknya, penulis yang memilih model berlangganan tidak akan dikenakan APC, tetapi para pembaca harus membayar untuk mengakses artikel tersebut.

Dengan model hybrid ini, penerbit bisa saja menarik biaya artikelnya berulang kali (double dip) ​[3]​. Artinya, selain mereka menagih APC pada penulis, mereka juga membebankan biaya akses artikel yang sama kepada pembaca. Namun, banyak penerbit memiliki kebijakan untuk mencegah penarikan biaya berulang ini. Selain itu, beberapa penerbit mungkin menawarkan diskon untuk biaya berlangganan atau APC untuk mengimbangi potensi pendapatan ganda.

Pendanaan lainnya

Selain biaya berlangganan dan biaya pemrosesan artikel (APC), ada model pendanaan lain untuk jurnal ilmiah.

  • Pendanaan/subsidi institusi.
    Lembaga atau institusi biasanya menerbitkan jurnal mereka sendiri. Umumnya, para redaksi merupakan karyawan mereka sendiri. Oleh karena itu, institusi secara tidak langsung mensubsidi biaya operasionalnya.
  • Urun dana (crowdfunding).
    Urun dana (crowdfunding) adalah alternatif model pendanaan kolektif dengan banyak penyandang dana. Baik individu maupun organisasi dapat memberikan dukungan finansial untuk biaya operasional pada jurnal dengan model ini. Sebagai contoh, beberapa kampanye terkait biologi komputasi, telah mengumpulkan donasi lebih dari 1,5 milyar rupiah ​[4]​.

Jurnal Predator

Penerbitan konten sains tampaknya menjadi bisnis yang sangat menguntungkan. Mereka memiliki margin keuntungan yang tinggi meskipun audiens mereka kecil. Misalnya saja, RELX, perusahaan induk Elsevier, mendapat laba sekitar 45 triliun rupiah pada tahun 2022 lalu.

Keuntungan yang menjanjikan ini telah menyebabkan peningkatan jumlah jurnal predator. Hal ini menjadi pusat perhatian di kalangan akademisi. Sebagian besar karena mereka hanya tertarik pada uang. Akibatnya, para penerbit ini memiliki praktik penerbitan yang dipertanyakan.

Mereka membebankan APC kepada penulis yang artikelnya akan mereka terbitkan. Namun, mereka tidak memberikan kontrol kualitas yang memadai (misalnya, proses editing dan peer-review yang kredibel). Jurnal-jurnal ini sering kali terlibat dalam praktik penipuan, seperti klaim palsu terindeks di database bereputasi atau menggunakan faktor dampak palsu.

Jurnal predator akan merusak reputasi dan kredibilitas peneliti. Mereka juga dapat merugikan komunitas ilmiah dengan menyebarkan hasil penelitian berkualitas rendah yang belum dinilai dengan baik.

Para peneliti harus menghindari jurnal predator. Sebelum mengirimkan artikel ilmiah, mereka harus hati-hati mempertimbangkan tempat publikasi potensial.

References

  1. [1]
    A. Grossmann and B. Brembs, “Current market rates for scholarly publishing services,” F1000Research. F1000 Research Ltd, p. 20, Jul. 01, 2021. doi: 10.12688/f1000research.27468.2.
  2. [2]
    R. Van Noorden, “The true cost of science publishing,” Springer Nature, Mar. 28, 2013. https://www.nature.com/articles/495426a.pdf (accessed Mar. 22, 2023).
  3. [3]
    K. Geschuhn and A. Vogler, “Disrupting the subscription journals’ business model for the necessary large-scale transformation to open access,” ScienceOpen Research. ScienceOpen, Jun. 10, 2015. doi: 10.14293/s2199-1006.1.sor-edu.ajrg23.v1.
  4. [4]
    J. Vachelard, T. Gambarra-Soares, G. Augustini, P. Riul, and V. Maracaja-Coutinho, “A Guide to Scientific Crowdfunding,” PLOS Biology. Public Library of Science (PLoS), p. e1002373, Feb. 17, 2016. doi: 10.1371/journal.pbio.1002373.

Cover image by Ross Taylor in pexels

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.