Terakhir diperbarui pada Mei 28, 2024
Menurut berbagai sumber yang saya baca salah satunya dari Ibupedia, ada banyak perkembangan ilmu mengenai teknik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada bayi, terutama pada bayi 6 bulan. Pada artikel ini saya akan fokus membahas hal tersebut. Selain itu saya juga akan sharing pengalaman dan menu MPASI yang sudah saya berikan ke anak saya pada usia 6 sampai 16 bulan. Sebelum membuat menu MPASI, saya sudah survei dan belajar dari berbagai sumber. Mulai dari bertanya kepada teman yang baru saja punya anak. Lalu melihat resep dari beberapa influencer, dokter anak, dan teman-teman yang sharing informasi dan menu MPASI untuk anak di instagram, dan masih banyak lagi.
Kembali lagi kepada topik awal, jika ditanya mengenai waktu yang saya pilih untuk pemberian MPASI kepada anak, saya tetap kekeh memberikan MPASI saat bayi sudah berusia 6 bulan. Sebenarnya pada awalnya saya juga galau, hingga saya pun berdiskusi dengan suami. Sampai-sampai suami mencarikan saya hasil penelitian dari jurnal ilmiah[1] untuk saya baca. Dengan segala pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk tetap memberikan MPASI setelah anak kami tepat berusia 6 bulan.
Disclaimer
Sebagai informasi, saat ini saya membesarkan anak di luar negeri, tepatnya di Taiwan. Sebagai tambahan, saya merawat anak berdua dengan suami tanpa pengasuh. Ditambah lagi kami adalah mahasiswa S3 aktif yang mempunyai kewajiban weekly meeting dan kewajiban-kewajiban sebagai mahasiswa pada umumnya. Kemungkinan pola asuh yang kami lakukan akan sangat berbeda dengan orang tua kebanyakan.
Sehingga perlu dipahami dari awal bagaimana kondisi kami terlebih dahulu. Selain itu, mulai dari melahirkan, imunisasi, sampai pemeriksaan tumbuh kembang anak semua dilakukan di Taiwan. Selain itu, pemberian MPASI yang saya lakukan di Taiwan mungkin akan sedikit berbeda jika saya tinggal di Indonesia.
Jika di Indonesia semua bahan makanan halal dan segar bisa saya dapatkan dengan mudah. Berbeda dengan di Taiwan. Untuk mendapatkan bahan makanan halal di Taiwan sangat terbatas dan lokasinya cukup jauh. Selain itu bahan segar disini cukup mahal, kemungkinan bisa mendapat harga murah jika membeli di pasar tradisional. Namun, saya tidak punya cukup waktu luang untuk berbelanja ke tempat yang jauh karena berbagai macam keterbatasan.
Jika kalian ingin mencoba menu MPASI yang saya ceritakan disini, maka ibu-ibu sekalian tentu boleh mengubah atau menambahkan variasi sesuai dengan kebutuhan. Jika ada perbedaan dalam pola penentuan dan pemberian MPASI dengan ibu-ibu yang lain, tentu hal tersebut sangatlah wajar dan tidak perlu diperdebatkan. Semoga informasi yang saya bagikan bisa memberikan sudut pandang lain dalam memberikan pola asuh terbaik untuk anak-anak kita.
Baca Juga: Mau Tau Bagaimana Detail Periksa Kehamilan di Luar Negeri? Ini Penjelasannya!
Fakta penentuan waktu awal MPASI
Ternyata, setiap negara punya aturan masing-masing dalam mengatur waktu awal MPASI pada anak. Sejauh yang saya tahu, di Indonesia sudah mulai menerapkan dan melakukan sosialisasi aturan pemberian MPASI minimal di usia 6 bulan. Tapi masih ada negara lain yang menerapkan pemberian MPASI sebelum 6 bulan. Di Taiwan misalnya, masih ada edukasi dari dokter maupun brosur yang memperbolehkan MPASI bayi dibawah 6 bulan.
Hal tersebut saya alami sendiri ketika waktu itu saya mendapatkan brosur edukasi pemberian complementary feeding dari rumah sakit, saat anak saya berusia 4 bulan. Pada brosur tersebut disebutkan bahwa bayi berusia 4 bulan boleh diberi makanan halus seperti bubur beras atau buah segar halus yang tumbuh pada musim tersebut. Pemberian menu tunggal juga masih disarankan. Saya pribadi meskipun saat ini sedang tinggal di Taiwan, saya tidak mengikuti saran pada selebaran brosur tersebut karena tidak ada indikasi khusus yang mengharuskan anak saya MPASI sebelum 6 bulan.
Sumber lain yang ditentukan oleh World Health Organization (WHO) [2], mereka mengatakan bahwa waktu awal MPASI yang paling optimal adalah 6 bulan. Pada tahap ini, organ pencernaan bayi sudah cukup baik dalam menerima makanan padat.[3] Kebanyakan bayi pada usia ini juga sudah dapat didudukan dengan tegak. Selain itu, memberi makanan padat di usia yang sudah optimal (6 bulan) akan mengurangi resiko buruk seperti bayi tersedak. Penyebab bayi tersedak tentu sangatlah banyak, namun sebagian besar adalah karena bayi disuapi dalam keadaan tidak duduk tegak atau setengah berbaring (bersandar). Dan bisa dipastikan jika bayi diberikan MPASI pada usia kurang dari 6 bulan mereka akan punya resiko lebih besar tersedak. Kasus bayi tersedak dapat berbahaya, bahkan ada yang sampai mengakibatkan kematian.[4]
Realita penentuan waktu MPASI
Saya punya teman yang saya kenal tidak lama sebelum punya anak, beliau seorang bidan. Beliau sangat setuju dan mendukung pemberian MPASI setelah anak genap berusia 6 bulan. Kita banyak ngobrol dan sharing masalah kehamilan, menyusui, parenting, dan tentang MPASI. Suatu hari saya pernah bertanya, “Kebanyakan orang tua jaman dulu kan sudah memberikan makanan padat kepada bayi mulai usia 3 bulan, tapi kenapa bayi mereka baik-baik saja ya?”
Kemudian teman saya pun menjawab dan menjelaskan beberapa hal yang intinya: orang jaman dulu belum paham jika sebenarnya penyebab bayi meninggal salah satunya adalah karena pemberian MPASI dini yang tidak sesuai prosedur. Informasi mengenai penyebab kematian bayi tidak banyak diberitakan, sehingga banyak orang tua yang tidak tahu bahwa MPASI dini lah yang menyebabkan banyak bayi meninggal. Hanya saja jaman dulu penyebaran informasi tidak secepat sekarang. Sehingga tidak banyak orang yang aware tentang masalah ini. Berbeda dengan jaman sekarang, ilmu pengetahuan sudah berkembang, banyak penelitian sudah dilakukan, sehingga banyak standar baru yang diubah.
Jaman dulu orang tua masih susah dalam mengakses berita dan informasi. Sehingga banyak orang tua yang hanya mengikuti saran dari ayah ibu atau kakek nenek, saran turun-temurun. Padahal tidak semua saran-saran tersebut bisa diterapkan untuk semua anak dan belum terbukti secara ilmiah.
Orang jaman dulu menganggap bayi menangis karena lapar, sehingga membuat perutnya kenyang adalah salah satu cara membuat bayi tenang. Namun, seiring perkembangan ilmu pengetahuan, penyebab bayi rewel tidak hanya karena perutnya lapar, bisa jadi dia gerah, popoknya penuh, sedang sakit, dan lain sebagainya. Selain itu, jika tanpa petunjuk dan rekomendasi ahli atau dokter anak, sebaiknya jangan memberikan MPASI dini sebelum usia 6 bulan.
Baca Juga: Hamil dan Melahirkan di Luar Negeri Sambil Kuliah? Why Not!
Menu MPASI
Dewasa ini sudah banyak ilmu pengetahuan baru yang mulai disebarluaskan oleh para tenaga-tenaga kesehatan termasuk pemilihan menu untuk MPASI. Jika zaman dulu ibu-ibu kita memberikan buah-buahan contohnya pisang sebagai menu MPASI pertama, maka hal tersebut sudah tidak diperbolehkan lagi sekarang. Menurut sharing dr. Meta di akun instagram-nya, serat pada buah masih belum bisa dicerna dengan baik oleh bayi 6-7 bulan.
Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab sembelit pada bayi yang baru memulai MPASI. Hal ini berlaku juga untuk serat yang terdapat pada sayur. Alasan inilah yang membuat pemberian buah dan sayur terlalu banyak di awal MPASI dilarang. Lalu menu MPASI seperti apa yang optimal?
Menu MPASI yang optimal
Menurut dr. Meta, menu makanan MPASI yang baik adalah yang punya gizi lengkap. Terdapat karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sedikit sayur atau buah sebagai sumber vitamin dan pengenalan, serta yang paling penting harus ada lemak.
Berbeda dengan orang dewasa yang harus mengurangi makanan berlemak, bayi justru membutuhkan banyak lemak. WHO memberikan pedoman bahwa 30-45% energi harus berasal dari lemak [5]. Zat lemak sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak dan pertumbuhan bayi. Tidak direkomendasikan untuk mengurangi atau membatasi pemberian lemak atau kolesterol pada bayi dibawah dua tahun. Penelitian menunjukkan bahwa makanan tinggi lemak yang diberikan pada usia ini tidak meningkatkan risiko penyakit jantung, kolesterol, dll. Kalau dibatasi justru dapat mengganggu tumbuh kembang anak yang sedang pesat-pesatnya.
Sumber lemak disini bisa didapat dari lemak nabati maupun hewani. Contoh lemak nabati dapat berasal dari oils, seperti minyak sayur, minyak zaitun, minyak canola, santan, atau alpukat. Sedangkan lemak hewani bisa didapatkan dari daging merah, ikan, daging unggas, dan hati. Selain itu produk olahan seperti butter, ghee, dan keju juga bisa menjadi sumber lemak.
Sumber lain juga mengatakan informasi yang sama bahwa, berbagai jenis makanan perlu kita tambahkan ke makanan harian untuk memberikan nutrisi lain. Hal ini termasuk [5]:
- Makanan dari hewan atau ikan merupakan sumber yang kaya akan protein, zat besi, dan zinc/seng. Seperti kita ketahui bahwa hati menyediakan vitamin A dan folat. Kemudian, kuning telur merupakan sumber protein dan vitamin A yang baik, namun tidak termasuk zat besi. Padahal, seorang anak juga mulai membutuhkan makanan padat seperti ini, tidak hanya makanan encer.
- Produk susu, seperti susu segar, keju, dan yogurt, merupakan sumber kalsium, protein, energi, dan vitamin B.
- Kacang-kacangan – kacang polong, buncis, lentil, kacang tanah, dan kedelai adalah sumber protein yang baik dan zat besi. Di saat yang sama, mengonsumsi sumber vitamin C (misalnya tomat, jeruk dan buah-buahan lainnya, serta sayuran berdaun hijau) juga membantu penyerapan zat besi.
- Sayuran dan buah berwarna oranye seperti wortel, labu, mangga, dan pepaya, serta daun berwarna hijau tua seperti bayam, kaya akan karoten, vitamin A, dan juga vitamin C.
- Lemak dan minyak adalah sumber energi terkonsentrasi yang dibutuhkan anak-anak untuk tumbuh.
Menu MPASI anak saya
Saat saya menulis artikel ini, anak saya sudah berusia 16 bulan. Pada kesempatan kali ini, saya ingin sharing tentang beberapa menu MPASI yang ia dapat di satu tahun pertama. Dilanjutkan dengan MPASI 3 bulan setelah usianya satu tahun. Sama seperti ibu-ibu baru lainnya, saya juga galau dalam menentukan menu MPASI pertama untuk anak. Lebih galau lagi karena saya tinggal di Taiwan, dimana cukup sulit mendapatkan daging segar yang halal disini.
Sebenarnya tidak begitu sulit jika saya punya cukup banyak waktu dan tenaga untuk ke pasar. Namun jarak tempat tinggal ke pasar yang menjual daging halal cukup jauh. Kami tidak bisa jika setiap tiga hari sekali belanja ke sana. Solusinya adalah belanja online atau membeli daging beku yang dijual rekan sesama orang Indonesia. Namun membeli daging segar secara online membutuhkan ongkos kirim yang cukup mahal. Sedangkan jika membeli daging beku, rasanya tidak sama dengan yang segar. Bagaimana? Galau kan?
Kembali ke menu MPASI, saya harus pintar-pintar mengatur pilihan menu setiap harinya, disamping harus memikirkan tugas kuliah. Akhirnya, selain memberikan daging sapi atau unggas saya lebih banyak memberikan menu ikan kepada anak saya. Menu ikan lebih mudah di dapat dan platform belanja online seperti Foodpanda juga menyediakan ikan segar.
Baca Juga: Ulasan Singkat Tentang Belanja Online di Taiwan
MPASI usia 6 bulan
Untuk lauk di hari pertama MPASI, Saya memasak daging sapi, baby corn, bawang bombay, dan minyak zaitun atau extract virgin olive oil (EVOO). Semua bahan tersebut saya rebus sampai matang lalu saya blender dan disaring. Teksturnya menjadi sedikit cair, karena tidak dimasak dengan beras. Saya tidak menambahkan penyedap, garam, maupun gula saat membuat MPASI 6 bulan. Garam dan gula sebaiknya tidak ditambahkan dulu, karena tubuh bayi belum bisa mengalokasikan kelebihan garam dan gula dengan baik sehingga kemungkinan bisa berdampak buruk pada bayi.[6]
Untuk sumber karbohidrat saya memilih beras yang sudah dalam bentuk sereal, sehingga saya tinggal memasak lauk tanpa harus membuat bubur nasi yang membutuhkan waktu lama. Kondisi saya saat itu hanya membesarkan anak berdua dengan suami, ditambah keterbatasan alat MPASI, dan saya tidak punya cukup banyak waktu luang. Sehingga memasak bubur nasi bukan pilihan, saya lebih memilih beras dalam bentuk beras sereal. Saat hendak menyiapkan makan, saya tinggal menghangat kan lauknya sampai minimal 60°C, lalu saya campur dengan beras sereal sampai teksturnya seperti bubur lembut.
Dan alhamdulillah, anak saya suka MPASI pertamanya meskipun tidak dihabiskan semua. Hari kedua MPASI pun sama, anak saya masih belajar untuk makan dan dia masih belum menghabiskan semua makanannya. Baru di hari ketiga dia menghabiskan bubur MPASI nya sampai bersih. Di enam bulan pertama ini saya hanya memberikan menu sederhana namun lengkap seperti diatas. Kadang kombinasinya saya ganti. Misalnya, ikan salmon, tomat, bawang bombay, dan butter atau minyak zaitun. Lalu daging ayam, kentang, wortel, dan minyak zaitun.
Pernah juga saya memberikan ubi kuning kukus dan keju sebagai selingan atau pengganti makan malam saat anak saya bosan makan bubur.
Alergi
Fun Fact: Dulu saat bayi (dibawah 6 bulan) anak saya sempat merah-merah wajahnya saat saya makan ikan laut seperti teri, tuna, atau salmon. Sehingga saya pikir dia alergi ikan laut. Sehingga saya stop makan ikan laut saat menyusui anak saya. Namun saat mulai MPASI saya mencoba memasak ikan laut (ikan salmon) untuk menu makanannya.
Awalnya sepertinya dia sedikit alergi, ada merah-merah di wajah. Namun tidak parah dan lama-lama hilang. Jadi saya tetap memberikan ikan tanpa perlu terlalu khawatir. Karena menurut riset, hanya sekitar 5% anak yang benar-benar alergi karena makanan. Jadi tidak ada alasan untuk menghindari jenis makanan tertentu hanya karena alasan takut alergi.
MPASI usia 7 bulan
Saat 7 bulan tidak ada perubahan signifikan. Saya hanya mencoba mengganti varian sumber hewani. Saya mencoba ikan bandeng, wortel, buncis, dan minyak zaitun. Lalu hati ayam, tomat, bawang bombay, butter. Saya juga mulai menambahkan bawang putih untuk beberapa menu misalnya, daging sapi, wortel, bawang bombay, bawang putih, dan daun bawang. Untuk sumber lemak tambahan saya tetap menggunakan olive oil atau butter.
Selain itu, saya mulai mengenalkan buah alpukat di saat usia 7 bulan, tapi hanya 1 atau dua kali saja selama sebulan. Selebihnya tetap makan bubur dengan komposisi lengkap.
Fun fact: Alhamdulillah anak saya tidak pernah sembelit selama makan MPASI di dua bulan pertama. Sepertinya teori pembatasan pemberian buah dan sayur yang tinggi serat untuk mencegah sembelit bekerja dengan baik untuk anak saya. Saya sadar update ilmu sangat penting saat ini. Bukan berarti semua ilmu lama dari orang tua salah ya, tapi seiring waktu pasti sudah banyak yang berubah. Kita sebagai orang tua milenial jangan berhenti update ilmu dan selalu bertanya kepada yang sudah ahli.
MPASI usia 8 bulan
Nah, saat usia 8 bulan saya mulai mengenalkan telur. Saya mulai memberikan telur sebagai menu MPASI setidaknya maksimal dua kali seminggu. Saya lihat reaksinya, dan ternyata tidak ada alergi. Anak sayatermasuk mudah dalam pemilihan menu makanan karena sejauh ini dia tidak menunjukkan gejala alergi.
Selain itu, di bulan ke-8 ini saya juga mengenalkan dia dengan makanan ringan seperti snack khusus untuk bayi, biskuit bayi, yogurt, keju, dan, buah. Saya mulai mencoba membeli beberapa merek makanan ringan untuk bayi. Ada beberapa merk yang saya beli yaitu buatan Taiwan, Korea, dan Amerika. Saya memilih yang ada logo halal atau vegetarian.
Mulai mengenalkan buah
Saya baru memberikan anak saya buah di bulan ke delapan. Pertama, saya mencoba buah pisang. Namun reaksinya adalah tidak suka. Dia hanya mau makan dua sampai tiga suap saja. Meski saya coba dengan teknik lain seperti dipanggang dulu, namun anak saya tetap menolak buah pisang di awal pengenalan ini.
Selanjutnya saya mengenalkan mangga dengan teknik baby lead winning (BLW).[7] Teknik ini melatih anak makan sendiri dengan potongan-potongan kecil. Kebetulan buah mangga mudah dikunyah, sehingga saya mencoba BLW dengan buah mangga.
Saat anak saya berusia 8 bulan bertepatan dengan pertengahan musim panas, buah yang sedang banyak dipanen adalah mangga. Saya berinisiatif memberikannya mangga karena juga mudah dikunyah. Reaksinya adalah suka. Anak saya suka sekali dengan mangga segar yang manis. Meskipun buah mangganya tidak saya lumatkan, dia bisa mengunyah dan menelan dengan baik. Ini awal mula anak saya mencoba metode BLW dengan memakan makanan utuh dalam potongan dadu kecil-kecil. Sayangnya, musim mangga tidak sepanjang tahun. Sehingga dia hanya mencoba mangga sampai akhir musim panas.
Selanjutnya dia mencoba pepaya. Reaksinya adalah sangat suka. Selain rasanya yang manis, pepaya juga mudah dikunyah. Lebih mudah dikunyah daripada mangga. Hal ini membuat buah pepaya menjadi buah kesukaan anak saya sampai sekarang. Pepaya juga buah yang tumbuh sepanjang tahun, jadi cukup mudah mendapatkan buah ini.
Selain itu anak saya juga mencoba semangka dan melon dalam jumlah sedikit. Meskipun semangka dan melon punya kandungan air yang banyak, kedua buah ini masih sulit dikunyah oleh anak saya saat usia 8 bulan. Selain itu saya tidak memberikan dia semangka karena sempat ada drama. Saya sempat memberi anak saya semangka satu kali. Enaknya buah semangka membuat dia ingin makan semangka terus-menerus. Sampai-sampai dia menangis saat semangkanya sudah habis. Hingga hari itu dia agak susah makan bubur karena sudah tahu rasa semangka yang manis. Semenjak itu saya tidak memberinya semangka lagi.
MPASI usia 9 bulan
Sampai usia 9 bulan, proses MPASI masih berjalan lancar. Belum ada ”Gerakan Tutup Mulut (GTM)” seperti yang ditakutkan para ibu-ibu. Selain itu, anak saya masih makan bubur yang cukup lembut di bulan ini. Menu yang saya berikan juga masih relatif sama yaitu protein hewani dari daging ayam, daging sapi, ikan salmon, ikan bandeng, hati ayam, dan telur. Untuk sayuran juga masih dalam jumlah sedikit, jenisnya pun itu-itu saja. Misalnya tomat, sawi hijau, jagung manis, baby corn, dan wortel. Namun jangan senang dulu, ternyata masalah GTM itu ada. Dan itu dimulai pada bulan kesepuluh.
MPASI usia 10 bulan
Saat anak saya berusia 10 bulan masalah dimulai. Dibulan ini dia mulai tumbuh gigi. Selain itu saya mulai mencoba menaikkan tekstur buburnya. Dan drama GTM pun dimulai. Di bulan kesepuluh saya mencoba memasak bubur dengan slow cooker.[8] Jadi, saya tidak menggunakan beras sereal lagi karena anak saya juga sudah mulai bosan dengan beras sereal. Ide menggunakan slow cooker muncul saat saya membaca artikel tentang alat MPASI pada website Ibupedia. Prinsip kerja slow cooker yang dijelaskan pada artikel tersebut membuat saya ingin mencoba memasak MPASI dengan slow cooker.
Dibulan ini juga disarankan untuk menaikkan tekstur makanan bayi dari yang halus menjadi sedikit kasar. Yang awalnya diblender menjadi dicincang. Saya pun mengikuti saran tersebut. Saya memasak lauk dan beras dalam slow cooker. Lauknya baik daging maupun sayur saya cincang halus dan saya masak bersamaan dengan beras. Karna menggunakan slow cooker, saya tidak perlu mengaduk bubur secara manual, jadi lebih praktis. Hasil buburnya pun jadi lembut, sehingga saya tidak perlu menyaringnya lagi.
Namun meskipun menurut saya rasa bubur dari slow cooker lebih enak, ternyata anak saya kurang suka dengan teksturnya. Kemungkinan banyak faktor yang mempengaruhi, selain naik tekstur dia juga sedang tumbuh gigi pertamanya. Faktor tersebut membuat drama GTM dimulai pada bulan sepuluh ini. Awalnya saya sempat khawatir, karena dia sering tidak menghabiskan makanannya. Namun, saya bersyukur berat badannya masih tetap naik dengan normal.
MPASI usia 11 bulan
Hingga di bulan ke sebelas saya menemukan ide baru untuk memisah lagi menu lauk dan bubur berasnya. Kali ini saya memasak lauk terpisah dengan nasi. Lauk saya masak sendiri di panci atau wajan dan berasnya saya buat bubur lembek menggunakan slow cooker. Anak saya sepertinya lebih suka cara penyajian makanan seperti ini, sehingga sejak saat itu saya tidak membuat bubur lauk dan nasi secara bersamaan lagi.
MPASI usia 12-13 bulan
Menurut berbagai sumber, saat anak sudah mencapai usia 12 bulan, sudah saatnya dia mencoba makanan keluarga. Misalnya nasi yang sudah tidak lembek atau lauk yang sudah tidak dicincang halus. Namun saya tahu bahwa perkembangan anak dalam menerima kenaikan tekstur makanan pasti berbeda-beda. Di usia ini anak saya masih belum bisa mengunyah nasi dengan baik. Sehingga dia tetap makan dengan nasi lembek. Saya pun tidak masalah dengan hal itu
Di bulan ini dia juga mulai suka makan sayur bening bayam dan suka minum kuah sayurnya. Makan daging ayam atau hati ayam yang digoreng dengan nasi lembek, makan nasi lembek dengan soto, rawon, atau sop ayam, dan masih banyak lagi. Dia mulai mencoba menu keluarga. Apa yang Saya masak hari itu, dia juga mencobanya. Dia juga mulai suka memakan tempe goreng dan telur mata sapi sebagai cemilan. Dia terlihat senang mengeksplorasi rasa makanan baru.
MPASI usia 14-16 bulan
Di usia 14 bulan saya mencoba memberinya nasi dengan tekstur untuk orang dewasa. Lama kelamaan anak saya sekarang sudah mulai bisa makan dengan nasi dengan tekstur yang sama dengan kami. Jadi sekarang satu keluarga cukup masak nasi pakai rice cooker saja. Saya tidak perlu menggunakan slow cooker lagi untuk memasakkan nasi lembek. Dia juga sudah mulai bisa makan Fried Chicken Master, menu ayam goreng halal khas Taiwan favorit Papa-nya. Lucu sekali saat anak kami sudah bisa makan apapun yang kami makan. Setelah ini dia akan mulai meminta apapun makanan yang dimakan oleh kami, orang tuanya.
Saat ini buah favorit nya adalah pepaya. Hampir setiap hari dia makan pepaya. Selain itu dia juga suka melon, semangka, anggur, dan blueberry. Cemilan lain yang biasa dia makan adalah biskuit bayi, yogurt, puding, dan keju. Hal menarik lainnya adalah, dia juga mulai suka pisang, padahal awalnya dulu dia tidak suka. Alhamdulillah anak saya termasuk mudah dalam makan. Meskipun drama-drama kecil pasti ada, namun saya pikir itu masih dalam batas wajar. Semoga sharing saya bisa bermanfaat dan kita semua diberikan kemudahan dalam memberikan makanan yang baik dan berkah untuk anak-anak kita.
Fun fact: Alhamdulillah, setelah anak saya berusia 15 bulan saya mendapatkan kemudahan dalam memperoleh daging sapi dan ayam segar yang halal. Ceritanya, ada salah satu teman saya yang mengkoordinasi pembelian daging segar secara kolektif setiap minggunya. Lalu dia memesan daging sapi dan ayam segar langsung dari supplier jika kuota minimal sudah terkumpul. Sehingga harga yang kami dapatkan bisa lebih murah dan yang paling penting dagingnya masih segar dan halal.
Referensi
- [1]P. Sen, A. Mardinogulu, and J. Nielsen, “Selection of complementary foods based on optimal nutritional values,” Sci Rep, Jul. 2017, doi: 10.1038/s41598-017-05650-0.
- [2]World Health Organization, “Complementary feeding,” WHO: Health topics. https://www.who.int/health-topics/complementary-feeding#tab=tab_2 (accessed Jul. 01, 2021).
- [3]J. E. Anderson, “FAQ: Introducing Your Baby to Solid Foods,” University of California San Francisco: Benioff Children’s Hospitals. https://www.ucsfbenioffchildrens.org/education/faq-introducing-your-baby-to-solid-foods (accessed Jul. 01, 2021).
- [4]G. Lorenzoni et al., “Increasing awareness of food-choking and nutrition in children through education of caregivers: the CHOP community intervention trial study protocol,” BMC Public Health, Aug. 2019, doi: 10.1186/s12889-019-7469-7.
- [5]“Session 3: Complementary feeding,” in Infant and Young Child Feeding: Model Chapter for Textbooks for Medical Students and Allied Health Professionals., Geneva: WHO Press, 2009, p. 1. Accessed: Jul. 01, 2021. [Online]. Available: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK148957/
- [6]I. Ismawati, “Jangan Tambahkan Gula dan Garam Ke MPASI Bayi Di Bawah 1 Tahun! ,” Ibupedia, Apr. 10, 2017. https://www.ibupedia.com/artikel/balita/jangan-tambahkan-gula-dan-garam-ke-mpasi-bayi-di-bawah-1-tahun (accessed Jul. 01, 2021).
- [7]I. Ismawati, “14 Makanan Pertama Untuk MPASI dengan Metode Baby Led Weaning,” Ibupedia, Dec. 20, 2016. https://www.ibupedia.com/artikel/balita/14-makanan-pertama-untuk-mpasi-dengan-metode-baby-led-weaning (accessed Jul. 01, 2021).
- [8]A. Asni, “9 Rekomendasi Alat MPASI untuk Bayi 6 Bulan,” Ibupedia, May 23, 2019. https://www.ibupedia.com/artikel/balita/9-rekomendasi-alat-mpasi-untuk-bayi-6-bulan (accessed Jul. 01, 2021).
Gambar sampul oleh prostooleh di ambil dari situs Freepik
Oh…jd beberapa negara di Eropa tdk up to date ya bund krn masih menerapkan mpasi mulai dr 4 bulan? Tumben ya bund mrk tertinggal
Iya, memang tidak semua negara menerapkan start MPASI 4 bulan mom. Hanya beberapa negara saja, dan ini sepertinya memang tergantung dari kebijakan masing-masing negara.
Ternyata bukan hanya di Indonesia saja nih bayi di bawah 6 bulan sudah disuapi makanan lembut. Ternyata di Taiwan pun pihak pihak di layanan kesehatan masih ada yang mempercayai pendapat ini ya.
Iya mom, beberapa negara lain seperti beberapa negara di Eropa juga masih ada yang menganut teori pemberian MPASI saat 4 bulan. Tapi kalau saya pribadi lebih memilih informasi yang lebih up to date yaitu minimal saat usia sudah 6 bulan.
Wah keren mbak, untuk MPASI ini ortu harus banyak mencoba berbagai jenis makanan untuk dikenalkan pada bayi. Terima kasih sharingnya mbak.
Sama-sama mom, semoga sharingnya bisa memberikan pandangan soal MPASI. Benar mom, kalau bisa jenis makanan yang diberikan juga harus bervariasi sesuai dengan usia bayi.
MasyaAllah kak, artikelnya lengkap dan bermanfaat sekali. Sharing nya membantu saya dalam banyak hal mulai dari menu MPASI dan motivasinya sangat penting untuk menambah keyakinan diri sendiri agar memberi makan setelah tepat 6 bulan. Semoga jadi lahan pahala ya kak, sudah berbagi ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat.
Sama-sama ya, terimakasih apresiasinya. Boleh di share ya, agar teman-teman yang lain dapat terinspirasi juga. Semangat mom!